Lubangi tanah resapan air
8 Januari 2013 19:56 WIB
Corporate Secretary PT Aetra Air Jakarta Yosua L Tobing (2 kanan) mendampingi petugas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta, melakukan sidak pemakaian air tanah di kawasan industri Cilincing, di Jakarta Utara, Kamis (13/1). Aetra turut mendukung program Zero Deep Well untuk menekan eksploitasi air tanah berlebihan di Jakarta. (ANTARA/Audy Alwi)
Jakarta (ANTARA News) - Bila memiliki tanah kosong di sekitar tempat tinggal Anda, buatlah lubang-lubang untuk meningkatkan daya serap air.
"Setiap hari tanah di Jakarta turun karena disedot terus airnya," kata Advisor Pembaruan Tata Pemerintahan di organisasi Kemitraan Noer Fauzi Rachman ditemui usai Diskusi "Hijau 2013: Nasib Hutan Indonesia Ada di Tangan Generasi Muda" di Universitas Nasional Jakarta Selasa.
"Maka, tanah-tanah harus dilubangi agar serapan air bertambah," lanjut peneliti senior Sajogyo Institute, Bogor itu.
Satu hal yang pantang dilakukan, lanjut dia, adalah melapisi tanah, misalnya dengan semen atau conblock karena itu pun menghalangi serapan air.
Selain itu, Fauzi menyarankan untuk menanam pohon sebanyak-banyaknya, hal itu dapat memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk.
"Pisahkan sampah, mana sampah plastik, mana sampah organik. Yang organik bisa ditanam."
(nan)
"Setiap hari tanah di Jakarta turun karena disedot terus airnya," kata Advisor Pembaruan Tata Pemerintahan di organisasi Kemitraan Noer Fauzi Rachman ditemui usai Diskusi "Hijau 2013: Nasib Hutan Indonesia Ada di Tangan Generasi Muda" di Universitas Nasional Jakarta Selasa.
"Maka, tanah-tanah harus dilubangi agar serapan air bertambah," lanjut peneliti senior Sajogyo Institute, Bogor itu.
Satu hal yang pantang dilakukan, lanjut dia, adalah melapisi tanah, misalnya dengan semen atau conblock karena itu pun menghalangi serapan air.
Selain itu, Fauzi menyarankan untuk menanam pohon sebanyak-banyaknya, hal itu dapat memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk.
"Pisahkan sampah, mana sampah plastik, mana sampah organik. Yang organik bisa ditanam."
(nan)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: