Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, pelemahan kurs rupiah hingga mencapai kisaran Rp9.600-Rp9.700 per dolar AS tidak terlalu mengkhawatirkan, karena belum mencerminkan rata-rata nilai tukar dalam setahun mendatang.

"Nanti dilihat rata-rata setahun, saya yakin Bank Indonesia yang memahami dan perhatikan itu," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Menurut Menkeu, kondisi pelemahan nilai tukarru[iah justru lebih menguntungkan karena dalam jangka pendek dapat mendorong pertumbuhan ekspor dan menghambat laju impor yang cukup tinggi hingga akhir November 2012.

"Ekspor justru ada peningkatan karena eksportir merasa ada (keuntungan) faktor nilai tukar rupiah, sementara importir merasa (nilai tukar) kemahalan kalau dia melakukan impor," ujarnya.

Ia mengatakan apabila pemerintah dapat mendorong nilai ekspor, hal itu merupakan respon yang positif karena Indonesia saat ini sedang mengalami defisit neraca perdagangan senilai 1,33 miliar dolar AS.

"Itu adalah kondisi yang selama ini tidak dialami Indonesia, jadi kita perlu upaya lebih dan ini tidak hanya kita katakan faktor eksternal, tapi betul-betul jaga produktivitas dan perbaikan aktivitas ekspor impor kita," ujarnya.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa pagi bergerak melemah tipis sebesar lima poin menjadi Rp9.660 seiring dengan pelaku pasar yang masih menunggu rencana The Fed terhadap penarikan stimulus AS pada 2013.

Sebelumnya, rupiah berada di posisi Rp9.655 per dolar AS.

Sementara, realisasi nilai tukar rupiah sepanjang 2012 adalah sebesar Rp9.384 per dolar AS atau mengalami depresiasi sebesar 6,9 persen dibandingkan rata-rata nilai tukar tahun sebelumnya sebesar Rp8.779 per dolar AS.

Pada APBN 2013, pemerintah memberikan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.300, lebih tinggi dari asumsi APBN-Perubahan 2012 senilai Rp9.000.

(S034/S025)