Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin mengatakan kolaborasi ini telah berkontribusi besar dalam kerja sama antara kedua belah pihak dalam peningkatan kapasitas tim dan kemajuan penelitian serta pengembangan teknologi HTGR di Indonesia.
"Riset dan pengembangan teknologi HTGR telah dilakukan oleh periset BRIN yaitu di Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) dan Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTDBBNLR)," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Rohadi berharap kedua pusat riset tersebut dapat memanfaatkan kerja sama dengan Universitas TsiTsing dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Baca juga: BRIN: Indonesia buat bahan bakar nuklir secara mandiri
HTGR merupakan salah satu jenis reaktor nuklir generasi keempat yang memiliki banyak keunggulan dibanding reaktor nuklir generasi ketiga, diantaranya lebih aman dan menghasilkan panas yang dapat digunakan oleh industri untuk memproduksi gas hidrogen.Baca juga: BRIN: Indonesia buat bahan bakar nuklir secara mandiri
Profesor dari Institut Nuklir dan Teknologi Energi Terbarukan Universitas Tsinghua, Sun Jun, mengatakan China sedang mencanangkan target dual carbon goals dengan tujuan emisi karbon pada 2030 dan mencapai keseimbangan karbon pada 2060.
"Peran reaktor HTGR cukup besar di China, diantaranya sebagai penghasil energi yang berdampingan dengan reaktor PWR. Selain itu juga sebagai penghasil uap panas dan produksi hidrogen," katanya.
Sun berharap dengan kolaborasi antara BRIN dan Universitas Tsinghua dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Baca juga: BRIN: Small modular reactor bantu penuhi kebutuhan energi listrik
Baca juga: BRIN: Small modular reactor bantu penuhi kebutuhan energi listrik