Kathmandu, Nepal (ANTARA News) - Sekelompok mantan pemberontak Maois ditangkap atas dugaan pembunuhan terhadap seorang wartawan dalam perang saudara di Nepal. Kepada polisi pemeriksa, mereka juga mengaku telah mengubur seorang wartawan hidup-hidup.


Penangkapan atas lima pria itu, adalah pertama kali di Nepal untuk kejahatan selama konflik satu dasawarsa itu, yang berakhir pada 2006. Penahanan atas mereka dilakukan sehari setelah seorang tentara Nepal ditahan di Inggris atas tuduhan penyiksaan,


Kelima pria itu, semuanya merupakan perwira menengah, telah didakwa menculik dan membunuh Dekendra Raj Thapa, seorang reporter radio dan aktivis hak asasi manusia, yang diketahui meninggal pada 2004.

Lachhiram Gharti, salah seorang terdakwa, telah mengaku terlibat dalam aksi pembunuhan. Binod Sharma, seorang inspektur di distrik bagian barat Dailekh, menyatakan, "Dia mengaku kepada kami bahwa mereka (korban) diculik dengan alasan diskusi tentang pasokan air dan dibawa ke sekolah setempat."

"Mereka menyiksa korban dengan berulang kali memukuli korban dan ketika korban jatuh pingsan, korban lalu dibawa ke rumah Gharti," katanya.

"Gharti mengatakan kepada kami, dia memberikan segelas air pada korban. Setelah minum itu, korban kembali jatuh pingsan... sehingga mereka menggali lubang dan mengubur hidup-hidup korban," katanya.

Istri Thapa, Laxmi, yang memiliki dua anak perempuan remaja dan seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, mengatakan hampir menyerah mendapatkan keadilan atas kematian suaminya.

"Tapi sekarang terdakwa telah ditangkap dan saya berharap keadilan akan menang," katanya.

Penangkapan itu terjadi setelah Kolonel Kumar Lama, seorang perwira menengah Angkatan Darat Nepal, hadir di Pengadilan Inggris atas tuduhan dua kasus penyiksaan. Saat ini Lama tengah bertugas di pasukan penjaga perdamaian PBB untuk Sudan Selatan.

Lebih dari 16 ribu orang tewas dalam perang saudara antara pemberontak Maois dan pasukan pemerintah, dan lebih dari seribu orang masih hilang.

Terdapat tuduhan pembunuhan dan penyiksaan di kedua belah pihak, dan kelompok hak asasi manusia mengatakan sedikit yang telah dilakukan untuk membawa keadilan bagi korban dan keluarga mereka.

(G003/B002)