Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo bersama Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) berencana menyelenggarakan Pancasila Fest 2023: Ekspresi Pancasila, Satu Indonesia.

Bamsoet, sapaan karib Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu menjelaskan bahwa Pancasila Fest 2023 merupakan terobosan dalam menanamkan ideologi Pancasila kepada generasi muda Tanah Air melalui berbagai bentuk kegiatan yang menarik.

"Selain seminar dan workshop tematis Pancasila, akan ada penanaman pohon dan mewujudkan bank sampah, pergelaran seni dan budaya, mimbar kebangsaan dan deklarasi kebangsaan 'Ekspresi Pancasila, Satu Indonesia', dialog dan doa bersama pemuda dan mahasiswa lintas agama, serta pembubuhan prasasti Pancasila," rinci Bambang.

Penyelenggaraan Pancasila Fest 2023 dimulai di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 10 Mei 2023. Lalu, berlanjut ke Riau, Sulawesi Selatan, Papua, Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sumatera Selatan, hingga puncaknya akan digelar di Gedung MPR RI pada Agustus mendatang.

Lebih lanjut, Bamsoet mengatakan bahwa penanaman ideologi Pancasila merupakan hal yang penting. Pasalnya, kebhinekaan dalam negara yang kaya akan keberagaman, hanya bisa diwujudkan dengan komitmen untuk mengelola kemajemukan dengan baik dan benar.

Baca juga: Gerakan Revitalisasi Pancasila akan keliling ke tujuh kota
Kegagalan dalam mengelola dan ketidaksiapan masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut, kata dia, berpotensi mengakibatkan terjadinya gejolak sosial yang dapat mereduksi semangat persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan radikalisme, dan menimbulkan konflik horizontal.

"Kita dapat belajar dari referensi global bahwa pada masanya, Uni Soviet dan Yugoslavia adalah representasi negara besar dan maju di kawasan Eropa Timur. Namun, kegagalan dalam membangun semangat kebersamaan dan kelalaian dalam merawat soliditas ikatan kebangsaan, telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah-belah dan tercerai-berai," jelas dia.

Bamsoet mengingatkan, tantangan untuk menjaga dan merawat Pancasila kian bertambah, terlebih setelah melewati tiga perempat abad usia kemerdekaan Indonesia dan di tengah modernitas zaman saat ini.

Kehidupan kebangsaan juga dihadapkan pada berbagai paradigma yang menjadi antitesis dari nilai-nilai luhur Pancasila. Hal itu, kata Bambang, dapat dilihat dari masih adanya indikasi upaya menggoyahkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, khususnya melalui gerakan radikalisme.

"Meskipun hasil survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan indeks potensi radikalisme di Indonesia cenderung mengalami penurunan, tetapi perlu dicatat bahwa indeks potensi radikalisme pada 2020 masih berada pada kisaran 12 persen, di mana mayoritas-nya didominasi oleh generasi muda," papar dia.