CIPS tekankan pemberdayaan guru dukung digitalisasi pendidikan
3 Mei 2023 16:42 WIB
Ilustrasi - Sejumlah murid belajar menggunakan perangkat laptop di SDN 01 Malasari, Nanggung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/4/2022) dalam rangka digitalisasi pendidikan era merdeka belajar, sebagai salah satu dasar dari kebijakan pembangunan pendidikan saat ini. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj/pri.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nadia Fairuza menekankan pentingnya pemberdayaan guru dalam mendukung implementasi digitalisasi dalam dunia pendidikan.
“Terlepas dari kondisi yang ada, digitalisasi perlu terus diupayakan supaya siswa, guru dan sekolah bisa merasakan manfaat dari program-program digitalisasi pendidikan,” katanya di Jakarta, Rabu.
Nadia menegaskan digitalisasi merupakan salah satu aspek yang patut diprioritaskan dalam pembangunan sektor pendidikan terutama untuk memenuhi learning loss selama pandemi COVID-19.
Berkaca dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sempat dilakukan dalam merespons pandemi, kesenjangan digital atau digital divide merupakan satu faktor yang menghambat digitalisasi pendidikan.
“Digitalisasi perlu dimaksimalkan, terutama untuk meminimalisir learning loss,” ujar Nadia.
Baca juga: Nadiem: Lebih dari 71 ribu sekolah formal terima bantuan TIK
Baca juga: Airlangga minta Kadin akselerasi pendidikan digitalisasi di Indonesia
PJJ sudah menunjukkan faktor-faktor yang menghambat digitalisasi pendidik kesenjangan digital atau digital divide antardaerah, masih kurangnya pelatihan digitalisasi bagi para guru serta masih rendahnya tingkat literasi digital di kalangan siswa dan guru.
Padahal pelatihan digitalisasi bagi para guru dapat membantu mereka untuk membangun kompetensi dan kepercayaan diri dalam mengintegrasikan perangkat keras dan perangkat lunak ke dalam kegiatan mengajar.
Peningkatan kapasitas para guru juga perlu terus diupayakan supaya mereka bisa memanfaatkan digitalisasi sesuai dengan kebutuhan dan konteks daerah masing-masing.
Terlebih lagi, peningkatan kapasitas guru juga dibutuhkan untuk memperkuat otonomi mereka dalam kegiatan belajar mengajar dan memanfaatkan keleluasaan yang diberikan oleh kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Salah satu dampak lain dari digital divide juga terlihat dengan rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan pengajaran.
“Pandemi ini memperlihatkan perlunya meningkatkan kapasitas dan kemampuan adaptasi guru dalam menggunakan teknologi untuk mengajar,” katanya.
Baca juga: Rektor: Digitalisasi beri peluang perluasan akses pendidikan
Baca juga: Praktisi: Digitalisasi pendidikan mudahkan akses bahan belajar
Baca juga: Praktisi: Digitalisasi pendidikan dasar dan menengah jadi kebutuhan
“Terlepas dari kondisi yang ada, digitalisasi perlu terus diupayakan supaya siswa, guru dan sekolah bisa merasakan manfaat dari program-program digitalisasi pendidikan,” katanya di Jakarta, Rabu.
Nadia menegaskan digitalisasi merupakan salah satu aspek yang patut diprioritaskan dalam pembangunan sektor pendidikan terutama untuk memenuhi learning loss selama pandemi COVID-19.
Berkaca dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sempat dilakukan dalam merespons pandemi, kesenjangan digital atau digital divide merupakan satu faktor yang menghambat digitalisasi pendidikan.
“Digitalisasi perlu dimaksimalkan, terutama untuk meminimalisir learning loss,” ujar Nadia.
Baca juga: Nadiem: Lebih dari 71 ribu sekolah formal terima bantuan TIK
Baca juga: Airlangga minta Kadin akselerasi pendidikan digitalisasi di Indonesia
PJJ sudah menunjukkan faktor-faktor yang menghambat digitalisasi pendidik kesenjangan digital atau digital divide antardaerah, masih kurangnya pelatihan digitalisasi bagi para guru serta masih rendahnya tingkat literasi digital di kalangan siswa dan guru.
Padahal pelatihan digitalisasi bagi para guru dapat membantu mereka untuk membangun kompetensi dan kepercayaan diri dalam mengintegrasikan perangkat keras dan perangkat lunak ke dalam kegiatan mengajar.
Peningkatan kapasitas para guru juga perlu terus diupayakan supaya mereka bisa memanfaatkan digitalisasi sesuai dengan kebutuhan dan konteks daerah masing-masing.
Terlebih lagi, peningkatan kapasitas guru juga dibutuhkan untuk memperkuat otonomi mereka dalam kegiatan belajar mengajar dan memanfaatkan keleluasaan yang diberikan oleh kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Salah satu dampak lain dari digital divide juga terlihat dengan rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan perangkat teknologi untuk melakukan pengajaran.
“Pandemi ini memperlihatkan perlunya meningkatkan kapasitas dan kemampuan adaptasi guru dalam menggunakan teknologi untuk mengajar,” katanya.
Baca juga: Rektor: Digitalisasi beri peluang perluasan akses pendidikan
Baca juga: Praktisi: Digitalisasi pendidikan mudahkan akses bahan belajar
Baca juga: Praktisi: Digitalisasi pendidikan dasar dan menengah jadi kebutuhan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: