Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto (RS Polri) Kramat Jati, Jakarta Timur, mengungkapkan, jenazah M (60), pelaku penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sudah selesai diautopsi.

"Jenazah pelaku penembakan yang kemarin di Kantor Pusat MUI ini sudah selesai pemeriksaannya, secara fisik sudah selesai, tinggal nunggu hasil patologi anatomi," kata Kepala RS Polri Kramat Jati Brigjen Polisi
Hariyanto di RS Polri, Jakarta Timur, Rabu.

Menurut dia, sekarang posisi jenazah ada di Forensik RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. "Kemarin sudah (selesai) kita lakukan autopsi," katanya.

Dengan telah selesai autopsi, pihak keluarga pelaku bisa mengambil jenazah tersebut. Namun pihak keluarga harus terlebih dahulu meminta izin kepada penyidik yang menangani kasus tersebut.
Pengambilan jenazah harus ada surat rekomendasi dari penyidik Polda Metro Jaya. "Nanti keluarga hubungi penyidik untuk mengambil jenazahnya. Jenazah sudah siap diambil," katanya.

Tetapi, kata Hariyanto, pihaknya belum mendapatkan informasi mengenai waktu jenazah terduga pelaku penembakan akan diambil oleh keluarganya.

Baca juga: Polisi ungkap identitas pelaku penembakan di Kantor MUI Pusat
Baca juga: Pelaku penembakan di Kantor MUI meninggal dunia
Meski autopsi sudah selesai, Hariyanto mengatakan, pihaknya masih memerlukan pendalaman dengan melakukan uji laboratorium untuk memastikan penyebab kematian pria asal Kabupaten Pesawaran, Lampung, itu.

"Kita masih perlu pendalaman untuk pemeriksaan laboratorium dari organ-organ dalam," ujarnya.

Uji laboratorium patologi anatomi tersebut dilakukan dengan mengambil sampel organ jantung dan paru yang dapat menjelaskan penyebab kematian seseorang secara medis.

Hasil uji laboratorium patologi anatomi akan diserahkan berikut hasil autopsi berupa dokumen "visum et repertum" ke penyidik yang menangani perkara penembakan tersebut.

"Jadi, saat kejadian kan si pelaku menembakkan diketahui orang banyak. Kemudian lari, lalu pingsan. Artinya sejak dia menembak sampai jatuh ini kenapa penyebabnya," ujar Haryanto.