Kemenkeu: Tingginya permintaan Lebaran dorong penguatan PMI manufaktur
3 Mei 2023 15:28 WIB
Tangkapan layar - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menjawab pertanyaan awak media dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2023 secara daring di Jakarta, Senin (17/4/2023). ANTARA/Youtube Kemenkeu/pri.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan tingginya permintaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri 2023 mendorong penguatan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia.
Sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi dalam 20 bulan berturut-turut hingga April 2023 dan menguat ke level 52,7 dari Maret 2023 yang sebesar 51,9.
"Penguatan aktivitas produksi tercermin pada pembelian barang input untuk memenuhi permintaan tersebut. Peningkatan produksi juga ditandai dengan pembukaan lapangan kerja yang turut meningkat," ungkap Febrio dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Namun demikian seiring dengan perlambatan ekonomi global, ia menyampaikan permintaan ekspor terindikasi masih moderat.
Sejalan dengan PMI Indonesia, PMI manufaktur negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Myanmar juga tercatat meningkat di bulan April, yaitu masing-masing di level 60,4 dan 57,4. Sementara, PMI Jepang dan Malaysia masih terkontraksi di level 49,5 dan 48,8.
Adapun tingkat PMI manufaktur di atas 50 menggambarkan ekspansi sektor bisnis, sedangkan di bawah level 50 memperlihatkan kontraksi.
Secara keseluruhan, Febrio menuturkan sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022. Produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong hasil produksi mereka di masa depan.
“Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global,” ujarnya.
Sebelumnya, Tim Moore selaku Economics Director S&P Global Market Intelligence memberikan pandangan bahwa sektor industri manufaktur di Indonesia terus mendapatkan momentum yang baik.
Kondisi bisnis ini menggambarkan permintaan domestik yang menguat, sehingga mendorong kenaikan tercepat pada permintaan baru dan volume produksi selama tujuh bulan.
Produsen barang tampak bersemangat tentang prospek pertumbuhan jangka pendek, dengan kepercayaan diri terhadap ekspansi produksi paling tinggi sejak bulan November.
"Terlebih lagi, lapangan kerja terus berlanjut pada bulan April dan stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi,” jelas Tim Moore.
Baca juga: PMI manufaktur Indonesia pada April 2023 capai 52,7
Baca juga: PMI sektor manufaktur China turun pada April 2023
Baca juga: Kemenkeu: Penguatan PMI Manufaktur mengindikasikan optimisme pengusaha
Sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi dalam 20 bulan berturut-turut hingga April 2023 dan menguat ke level 52,7 dari Maret 2023 yang sebesar 51,9.
"Penguatan aktivitas produksi tercermin pada pembelian barang input untuk memenuhi permintaan tersebut. Peningkatan produksi juga ditandai dengan pembukaan lapangan kerja yang turut meningkat," ungkap Febrio dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.
Namun demikian seiring dengan perlambatan ekonomi global, ia menyampaikan permintaan ekspor terindikasi masih moderat.
Sejalan dengan PMI Indonesia, PMI manufaktur negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Myanmar juga tercatat meningkat di bulan April, yaitu masing-masing di level 60,4 dan 57,4. Sementara, PMI Jepang dan Malaysia masih terkontraksi di level 49,5 dan 48,8.
Adapun tingkat PMI manufaktur di atas 50 menggambarkan ekspansi sektor bisnis, sedangkan di bawah level 50 memperlihatkan kontraksi.
Secara keseluruhan, Febrio menuturkan sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022. Produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong hasil produksi mereka di masa depan.
“Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global,” ujarnya.
Sebelumnya, Tim Moore selaku Economics Director S&P Global Market Intelligence memberikan pandangan bahwa sektor industri manufaktur di Indonesia terus mendapatkan momentum yang baik.
Kondisi bisnis ini menggambarkan permintaan domestik yang menguat, sehingga mendorong kenaikan tercepat pada permintaan baru dan volume produksi selama tujuh bulan.
Produsen barang tampak bersemangat tentang prospek pertumbuhan jangka pendek, dengan kepercayaan diri terhadap ekspansi produksi paling tinggi sejak bulan November.
"Terlebih lagi, lapangan kerja terus berlanjut pada bulan April dan stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi,” jelas Tim Moore.
Baca juga: PMI manufaktur Indonesia pada April 2023 capai 52,7
Baca juga: PMI sektor manufaktur China turun pada April 2023
Baca juga: Kemenkeu: Penguatan PMI Manufaktur mengindikasikan optimisme pengusaha
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: