(ANTARA News) - PT Bank Mutiara Tbk mencatat pertumbuhan kinerja keuangan dan bisnis yang prima sampai akhir Desember 2012 dengan total aset tumbuh 17,2 persen menjadi Rp15,3 triliun (unaudited), naik dibanding per Desember 2011 yang Rp13,1 triliun.

Siaran pers Bank Mutiara di Jakarta Minggu menyebutkan pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang signifikan mencapai 20,2 persen sebesar Rp13,4 triliun pada akhir 2012, dibanding DPK 2011 sebesar Rp11,2 triliun.

Peningkatan DPK tersebut juga diikuti oleh pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 18,7 persen yang mencapai Rp11,1 triliun, dibanding pengucuran kredit pada Desember 2011, sebesar Rp9,3 triliun.

Tingginya penyaluran kredit dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking). Hal itu tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) nett 3,4 persen, turun dibanding periode yang sama tahun 2011 sebesar 4,5 persen.

"Pertumbuhan aset, yang ditopang oleh peningkatan dana masyarakat dan pengucuran kredit itu menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan publik, khususnya dunia usaha dan nasabah terhadap Bank Mutiara. Manajemen akan senantiasa meningkatkan kinerja perseroan secara prudent untuk menjaga kepercayaan tersebut," kata Direktur Bank Mutiara Ahmad Fajar, sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama Bank Mutiara sejak penunjukan Maryono sebagai Dirut BTN pada 28 Desember 2012.

Pertumbuhan bisnis Bank Mutiara yang prima juga didukung struktur permodalan yang semakin kuat. Ekuitas Bank Mutiara per 31 Desember 2012, mencapai Rp1,3 triliun, tumbuh 37,2 persen dibanding 31 Desember 2011 sebesar Rp1 triliun.

Selain itu, modal inti perseroan pada akhir Desember 2012 mencapai Rp1 triliun tumbuh 29,3 persen dari Rp785 miliar pada akhir Desember 2011. Bahkan, modal inti sebesar itu tumbuh 170 persen jika dibandingkan dengan Desember 2008 (saat diambilalih pemerintah) sebesar minus Rp1,4 triliun.

Peningkatan ekuitas dan modal inti tersebut turut meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) perseroan dari 9,4 persen pada 2011, menjadi 11,1 persen pada Desember 2012.

"Dengan peningkatan modal inti perseroan, maka Bank Mutiara saat ini telah masuk kategori Buku 2 pada klasifikasi kegiatan usaha bank umum yang dibuat Bank Indonesia. Dengan demikian, kami akan segera menambah variasi produk dan layanan bisnis perbankan yang berkualitas kepada nasabah. Hal itu sesuai dengan visi kami sebagai bank ritel yang fokus," papar Ahmad Fajar.

Sepanjang 2012, Bank Mutiara juga semakin efisien dalam mengelola bisnis, sehingga mampu mengoptimalkan raihan laba. Hal itu tercermin pada peningkatan kualitas beberapa indikator, diantaranya seperti, menurunnya rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari posisi 87,2 persen (2011) menjadi 83,9 persen.

Perseroan juga sukses meningkatkan Nett Interest Margin (NIM) sehingga mencapai 2,8 persen pada akhir 2012, dibanding NIM 2011 sebesar 1,6 persen.

Pada Desember 2012, perseroan mencatat perolehan laba sebesar Rp273 miliar tumbuh sebesar 4,8 persen dari Rp260 miliar pada periode yang sama 2011.

Menurut Ahmad Fajar, laba pada periode ini murni bersumber dari pendapatan bunga, penyaluran kredit, pendapatan nonbunga serta bisnis inti perbankan lainnya.

Rencana bisnis Bank Mutiara ke depan akan ditunjang oleh beberapa lini bisnis baru seperti penyaluran kredit ke segmen mikro. Perseroan pada 2013, berencana membuka 100 outlet di berbagai kota seluruh Indonesia, dalam upaya meningkatkan penyaluran pinjaman ke segmen usaha mikro.

Melalui kemitraan serta pembukaan outlet tersebut, manajemen Bank Mutiara optimistis, penyaluran kredit sepanjang 2013, dapat mencapai Rp12,978 triliun. Sementara, total simpanan masyarakat alias dana pihak ketiga di Bank Mutiara hingga akhir 2013, ditargetkan mencapai Rp14,766 triliun.

(D012/R007)