Petani yang tanaman padinya puso akibat banjir peroleh ganti untung
2 Mei 2023 12:45 WIB
Kondisi areal tanaman padi petani di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang terdampak banjir. (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kudus (ANTARA) - Petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang tanaman padinya mengalami puso akibat tergenang banjir pada Desember 2022 akhirnya mendapatkan ganti untung sebesar Rp1,25 miliar dari total 16 klaim yang diajukan sejumlah kelompok petani.
"Dari total 16 klaim yang diajukan total luas areal tanaman padinya mencapai 344,51 hektare yang dimiliki oleh 682 petani yang tergabung dalam beberapa kelompok tani," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Dewi Masitoh di Kudus, Selasa.
Setelah pengajuan klaim asuransi melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) itu disetujui, kata dia, petani bisa langsung mengurus pencairannya dengan menyiapkan berkas persyaratan pencairan.
Untuk pencairannya, imbuh dia, harus dilakukan di Semarang di kantor PT Jasindo sebagai pelaksana program AUTP.
Baca juga: Ratusan hektare padi & jagung di Lombok Tengah rusak akibat banjir
Ia mengungkapkan total luas areal tanaman padi petani yang terdampak banjir dan mengalami puso sebanyak 344,51 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kudus.
Dari luas areal tanaman padi puso sebanyak itu, dimiliki 682 petani yang tergabung dalam 16 kelompok tani. Pengajuan klaim juga dari masing-masing kelompok tani.
"Nilai klaim dari masing-masing polis asuransinya berbeda-beda karena disesuaikan dengan luas tanaman padi yang puso dan disetujui pengajuannya," ujarnya.
Misal, salah satu kelompok tani mengajukan lahan puso seluas 50 hektare, sedangkan yang disetujui hanya 43,06 hektare, sehingga nilai kerugian juga mengikuti luas lahannya.
Jika dari sisi nilai kerugian yang diajukan awalnya, kata dia, ada yang mengajukan Rp65,58 juta, namun yang disetujui hanya Rp54,6 juta.
Untuk kelompok tani lainnya yang belum disetujui, diminta untuk bersabar menunggu tahapan karena memang ada tim dari PT Jasindo yang akan turun ke lapangan mengecek langsung tanaman padi yang mengalami puso, kemudian setelah tahapan verifikasi selesai diajukan ke PT Jasindo Pusat sebagai pihak yang berwenang memutuskan pengajuan klaim tersebut disetujui atau tidak.
Baca juga: Airlangga: Pemerintah ingin produktivitas pertanian meningkat
Ia mengungkapkan tanaman padi petani yang puso tersebut merupakan tanaman pada musim tanam pertama yang mulai tanam pada September 2022 atau ditanam lebih cepat dari sebelumnya untuk antisipasi banjir. Dengan harapan Desember 2022 panen, namun ternyata curah hujan tinggi dan menggenangi 3.489 hektare tanaman padi petani, sedangkan yang puso dan diajukan klaim seluas 344,51 hektare karena tidak semua petani mengikuti AUTP.
Petani yang tidak mengikuti program AUTP diajukan mendapatkan bantuan benih karena dampak perubahan iklim ke Kementerian Pertanian.
"Mudah-mudahan nantinya banyak petani yang tertarik mengikuti program AUTP karena manfaatnya cukup besar, ketika terjadi serangan hama atau bencana banjir seperti yang dialami para petani sebelumnya," ujarnya.
"Dari total 16 klaim yang diajukan total luas areal tanaman padinya mencapai 344,51 hektare yang dimiliki oleh 682 petani yang tergabung dalam beberapa kelompok tani," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Dewi Masitoh di Kudus, Selasa.
Setelah pengajuan klaim asuransi melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) itu disetujui, kata dia, petani bisa langsung mengurus pencairannya dengan menyiapkan berkas persyaratan pencairan.
Untuk pencairannya, imbuh dia, harus dilakukan di Semarang di kantor PT Jasindo sebagai pelaksana program AUTP.
Baca juga: Ratusan hektare padi & jagung di Lombok Tengah rusak akibat banjir
Ia mengungkapkan total luas areal tanaman padi petani yang terdampak banjir dan mengalami puso sebanyak 344,51 hektare yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kudus.
Dari luas areal tanaman padi puso sebanyak itu, dimiliki 682 petani yang tergabung dalam 16 kelompok tani. Pengajuan klaim juga dari masing-masing kelompok tani.
"Nilai klaim dari masing-masing polis asuransinya berbeda-beda karena disesuaikan dengan luas tanaman padi yang puso dan disetujui pengajuannya," ujarnya.
Misal, salah satu kelompok tani mengajukan lahan puso seluas 50 hektare, sedangkan yang disetujui hanya 43,06 hektare, sehingga nilai kerugian juga mengikuti luas lahannya.
Jika dari sisi nilai kerugian yang diajukan awalnya, kata dia, ada yang mengajukan Rp65,58 juta, namun yang disetujui hanya Rp54,6 juta.
Untuk kelompok tani lainnya yang belum disetujui, diminta untuk bersabar menunggu tahapan karena memang ada tim dari PT Jasindo yang akan turun ke lapangan mengecek langsung tanaman padi yang mengalami puso, kemudian setelah tahapan verifikasi selesai diajukan ke PT Jasindo Pusat sebagai pihak yang berwenang memutuskan pengajuan klaim tersebut disetujui atau tidak.
Baca juga: Airlangga: Pemerintah ingin produktivitas pertanian meningkat
Ia mengungkapkan tanaman padi petani yang puso tersebut merupakan tanaman pada musim tanam pertama yang mulai tanam pada September 2022 atau ditanam lebih cepat dari sebelumnya untuk antisipasi banjir. Dengan harapan Desember 2022 panen, namun ternyata curah hujan tinggi dan menggenangi 3.489 hektare tanaman padi petani, sedangkan yang puso dan diajukan klaim seluas 344,51 hektare karena tidak semua petani mengikuti AUTP.
Petani yang tidak mengikuti program AUTP diajukan mendapatkan bantuan benih karena dampak perubahan iklim ke Kementerian Pertanian.
"Mudah-mudahan nantinya banyak petani yang tertarik mengikuti program AUTP karena manfaatnya cukup besar, ketika terjadi serangan hama atau bencana banjir seperti yang dialami para petani sebelumnya," ujarnya.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: