Khartoum (ANTARA) - Kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada Minggu (30/4) mengumumkan perpanjangan jeda kemanusiaan selama 72 jam di Sudan, guna merespons seruan internasional.

Gencatan senjata antara RSF dan militer Sudan dijadwalkan berakhir pada Minggu tengah malam.

"Kami mengumumkan perpanjangan gencatan senjata kemanusiaan selama 72 jam sejak Minggu tengah malam, untuk membuka koridor kemanusiaan, memfasilitasi pergerakan warga dan penduduk, serta memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan dan mencapai wilayah aman," kata RSF dalam pernyataannya.

Di lain pihak, tidak ada komentar dari tentara Sudan tentang pengumuman RSF tersebut.

Kementerian Kesehatan Sudan mencatat sedikitnya 528 korban tewas dan lebih dari 4.500 orang terluka dalam pertempuran antara dua jenderal yang bersaing, yaitu panglima militer Abdel Fattah Burhan dan komandan RSF Mohammed Hamdan Dagalo.

Ketidaksepakatan timbul dalam beberapa bulan terakhir antara tentara dan pasukan paramiliter mengenai integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata, yang merupakan syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021 ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dianggap oleh kekuatan politik sebagai kudeta.

Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.


Sumber: Anadolu

Baca juga: AL China evakuasi 493 orang tambahan dari Sudan, termasuk warga asing

Baca juga: IOM: 20.000 orang mengungsi ke Chad sejak pecah pertempuran di Sudan

Sekjen PBB: Konflik Sudan berpotensi menular ke kawasan lain