Pangkalpinang (ANTARA News) - Harga daging sapi yang masih bertahan tinggi membuat pengusaha kuliner bingung untuk mengembangkan usahanya karena biaya operasional yang semakin tinggi.

"Saat ini, harga daging sapi masih bertahan Rp95 ribu per kg dari harga normal Rp70 ribu per kg, sehingga sulit mendapatkan keuntungan, apalagi pengunjung juga berkurang," kata pemilik rumah makan Pesan Mande, Darto, di Pangkalpinang, Selasa.

Ia menjelaskan, saat ini, biaya operasional untuk membeli berbagai kebutuhan rumah makan, seperti beras, daging, ikan, cabai, bawang dan lainnya mencapai Rp3,5 juta hingga Rp4 juta per hari dibandingkan biaya operasional sebelumnya hanya berkisar Rp2,5 juta per hari.

"Dengan kenaikan biaya operasional ini, kami serba sulit untuk mendapatkan keuntungan, apabila harga makanan dinaikkan dikuatirkan pelanggan akan berpindah ke rumah makan lainnya karena saat ini, persaingan usaha rumah makan ini cukup ketat," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi pelanggan berpindah ke tempat lain, kami terpaksa masih menggunakan harga normal, misalnya, nasi bungkus dengan lauk ayam goreng, ikan, rendang daging masih Rp12 ribu per bungkus.

"Untuk mengurangi biaya operasional, kami terpaksa mengurangi menu masakan agar usaha tetap berjalan. Apabila tidak pintar-pintar menyiasati kondisi ini, bisa-bisa usaha rumah makan yang telah ditekuni selama 15 tahun ini gulung tikar," ujarnya.

Ia berharap, harga berbagai kebutuhan pokok seperti daging, beras, minyak goreng dan lainnya kembali turun, sehingga kami tidak terlalu terbebani untuk meneruskan dan mengembangkan usaha rumah makan ini. Selain itu, ia berharap pemerintah memperlancar pasokan berbagai kebutuhan dari Pulau Jawa dan Sumatera ke Babel seiring hampir 95 persen kebutuhan masyarakat dipasok dari luar provinsi.

Sementara itu, Wanto, salah seorang pedagang bakso, mengatakan, kenaikan harga daging sapi yang saat ini telah mencapai Rp95 ribu per kilogram.

"Terus terang kalau harga daging sapi terus melonjak, pedagang bakso keliling seperti saya bisa merugi dan kami hanya berharap semoga harga daging tidak naik lagi," ujarnya.

Ia mengaku, terpaksa menambah tepung dalam adonan bakso agar tetap bisa berjualan dan tidak merugi.

"Yang penting baksonya masih terasa aroma daging sapi dan harga jualnya tetap, karena kalau harganya dinaikkan dengan komposisi adonan tetap seperti belum terjadi kenaikan harga daging, pembeli pasti berkurang," katanya.

Menurut dia, penambahan bahan campuran seperti tepung ke dalam adonan bakso banyak dilakukan oleh pedagang bakso lainnya.
(ANTARA)