Jakarta (ANTARA News) - Rumput laut merupakan komoditas yang cocok untuk penerapan ekonomi biru (blue economy), karena selain memberikan banyak manfaat juga merupakan implementasi sektor kelautan untuk kesejahteraan yang berkelanjutan.

Pemanfaatan rumput laut memberikan banyak manfaat, mulai dari penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat yang tinggal di daerah pantai, merupakan bahan baku dari berbagai industri pangan, farmasi, kesehatan, kosmetik, pupuk cair dan berbagai prospek lainnya. Demikian dikatakan Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), Safari Azis, dalam siaran pers yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Rabu.

"Hal ini menjadikan rumput laut sebagai salah satu komoditi `blue economy" di Indonesia," kata Safari lagi.

Safari mencontohkan, ARLI bersama-sama Kelompok Tani Rumput Laut Bali sebagai para pelaku usaha yang melakukan pembibitan dan pembudidayaan rumput laut di Bali akan mengembangkan pemasaran rumput laut yang lebih luas dalam jumlah yang lebih besar dengan kualitas standard dengan memanfaatkan kemampuan dan "networking" (jaringan) ARLI.

Ia menuturkan, kerja sama pemasaran termasuk pengembangan dan pembinaan itu sebagai bagian dan upaya untuk menjadikan rumput laut sebagai salah satu sumber mata pencaharian utama penduduk Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali.

"Diharapkan rumput laut Kutuh yang memiliki potensi dan kualitas sangat baik bisa terus ditingkatkan di masa yang akan datang," katanya.

Ketua Umum ARLI memaparkan, sebagai salah satu komoditi dalam mendukung visi "blue economy" maka komoditas tersebut berada di tengah gencarnya aktivitas pariwisata di pulau Dewata ini.

Namun, ujar dia, komoditi rumput laut yang mulai dikembangkan sekitar 30 tahun lalu tetap menjadi salah satu penopang hidup masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan pulau.

Ia mengusulkan adanya sinergi antara komoditas rumput laut untuk mendukung sektor pariwisata dengan menelurkan gagasan Minawisata atau "Fishery Ecotourism" yang menjadikan aktivitas budidaya rumput laut sebagai kegiatan wisata.

Ia memaparkan, proses kehidupan masyarakat pembudidaya rumput laut dalam kesehariannya menjadi kekayaan wisata yang unik dan ditata sedemikian rupa sehingga tidak dianggap sebagai bidang yang bertentangan atau saling mengeliminasi tetapi menjadi sebuah kesatuan utuh yang saling menguntungkan.

"Di sinilah kita mengharapkan peran besar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menggandeng bidang usaha ini sebagai salah satu kekhasan lokal Desa Kutuh yang harus dipertahankan dan dilestarikan untuk dioleh sedemikian rupa menjadi bagian terintegrasi dari kegiatan pariwisata," katanya.
(M040)