Padang (ANTARA) - Wali Kota Padang, Sumatera Barat Hendri Septa menyatakan akan menggiatkan sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat kota setempat dalam menghadapi potensi gempa.

“Alhamdulillah, respon dari masyarakat kita terhadap gempa yang terjadi luar biasa. Masyarakat peduli terhadap kejadian saat gempa magnitudo 6,9 melanda,” kata dia di Padang, Jumat.

Menurut dia datangnya musibah tanpa rencana dan ini tentu perlu kewaspadaan dari masyarakat.

Ia mengatakan untuk lebaran ada tanggalnya, puasa ada tanggalnya dan kegiatan lain ada tanggalnya namun untuk bencana tidak ada tanggal karena bisa datang secara tiba-tiba.

“Kita doakan, semoga kejadian serupa tidak terjadi lagi dan kita terus berdoa kepada Allah SWT,” tambahnya.

Selain itu sebagai makhluk sosial, manusia dapat berpikir untuk berlindung dan mencari tempat yang aman ketika dalam masalah pula musibah. Seperti mitigasi bencana yang telah digelar pada November tahun 2022.

“Pemkot akan melakukan pelatihan penanganan bencana, baik bagi masyarakat serta relawan bencana Kota Padang. Minimal sekali enam bulan kita akan melakukan simulasi,” kata dia.

Kota Padang juga memperoleh penghargaan Tsunami Ready Community dan ini tentu tak boleh jumawa karena berada di kawasan rawan bencana, masyarakat diimbau untuk tidak mudah menyerah.

“Kita tidak boleh jumawa, waspada itu harus dalam kemungkinan yang ada. Kita harus beradaptasi dan waspada,” kata dia.

Sementara Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Padang Suaidi Ahadi mengingatkan warga Kota Padang Sumatera Barat untuk mengenali pola guncangan gempa bumi yang terjadi.

“Hal ini perlu dilakukan warga Padang karena kota ini merupakan daerah pesisir pantai yang rawan gempa dan tsunami,” kata dia.

Menurut dia sebagai daerah yang berada di kawasan Megatrusht Mentawai warga Kota Padang harus belajar sehingga mereka dapat membedakan gempa yang terjadi.

“Tanpa melihat telepon pintar atau lainnya kita dapat mengenali mana gempa yang berpotensi tsunami,” kata dia.

Hal ini juga dapat mengajarkan warga kota agar tidak buru-buru melakukan evakuasi jika gempa terjadi.

Ia mengatakan apabila gempa kuat terjadi mengayun dan membuat manusia tidak dapat berdiri itu artinya gempa sudah memiliki magnitudo 7 ke atas dan berpotensi tsunami.

Jika gempa itu memiliki guncangan vertikal, itu menandakan gempa berada tidak lebih 100 kilometer jaraknya dari lokasi berdiri.

“Gempa dengan guncangan vertikal ini potensi tsunami cenderung kecil,” kata dia.

Sementara gempa dirasakan sangat kiat dan membuat tidak dapat berdiri maka potensi tsunami sampai ke daratan hanya membutuhkan waktu 20 menit hingga 30 menit.

“Waktu ini tentu harus dimanfaatkan untuk melakukan upaya mitigasi,” kata dia.