Pengacara Tesla ungkap kemungkinan pernyataan Elon Musk hasil deepfake
28 April 2023 17:07 WIB
Arsip foto - Pejabat Eksekutif Utama Tesla, Elon Musk saat berada di Washington, D.C., Maret 2014. (ANTARA/Reuters/Kristoffer Tripplaar)
Jakarta (ANTARA) - Pengacara Tesla mengungkapkan bahwa pernyataan Elon Musk terkait keamanan fitur swakemudi tidak dapat dipercaya karena besar kemungkinan hal tersebut adalah bentuk pemalsuan teknologi lewat kecanggihan video atau deepfake.
Pernyataan tersebut dikeluarkan berhubungan dengan perkara hukum yang tengah dihadapi Tesla. Perusahaan mobil otonom itu karena mendapatkan gugatan hukum dari Sz Hua Huang, seorang janda dari mantan insinyur perusahaan Apple bernama Walter Huang yang meninggal akibat kecelakaan mobil pada 2018, seperti diberitakan Business Insider dan Reuters, Kamis (27/4).
Tuntutan hukum atas kasus tersebut, yang kali pertama diajukan lewat Pengadilan Tinggi Santa Clara County pada 2019, berisi gugatan bahwa fitur autopilot Tesla tidak bekerja dengan baik dan salah membaca garis penanda jalur di jalan raya. Akibatnya, kecepatan mobil Huang cukup tinggi saat menghantam penghalang beton.
Berdasarkan hal tersebut, pengacara pihak Huang meminta wawancara dengan Elon Musk mengenai pernyataan yang sempat dia lontarkan beberapa waktu silam saat mempromosikan kemampuan perangkat lunak swakemudi milik Tesla.
Dalam sebuah pernyataan tahun 2016, Musk sempat mengatakan bahwa Tesla Model S dan Model X memiliki kemampuan mengemudi secara otonom dengan tingkat keamanan yang lebih baik.
Baca juga: Tesla menangi gugatan atas kecelakaan Autopilot Model S
Pengacara Tesla menyatakan bahwa mereka justru tidak benar-benar yakin bahwa Musk pernah melontarkan pernyataan semacam itu pada masa lalu. Tesla sendiri tidak dapat mengakui atau menyangkal keaslian rekaman video dan suara yang konon berisi pernyataan Elon Musk tersebut.
"Pada kenyataannya bahwa Tuan Musk, layaknya sosok publik lainnya, adalah subyek dari banyak video deepfake dan rekaman suara yang dimaksudkan untuk menunjukkan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan atau katakan," tulis pernyataan perwakilan pengacara Tesla.
Pada Rabu (26/4), Hakim Evette Pennypacker mengatakan bahwa argumen-argumen yang muncul dalam perkara hukum tersebut cukup meresahkan. Pennypacker secara tentatif memerintahkan adanya sebuah wawancara dengan Elon Musk di bawah sumpah tentang apakah pendiri Tesla itu benar-benar pernah membuat pernyataan tersebut.
"Mereka berangkat dari posisi bahwa Tuan Musk adalah sosok terkenal dan sangat mungkin menjadi target dari video deepfake," tulis Pennypacker.
Tetapi di lain sisi, lanjut Pennypacker, Musk dan siapa pun yang berada pada posisi tersebut, bisa saja dengan mudah mengeluarkan pernyataan apapun yang mereka sukai kepada publik, kemudian berlindung lewat argumen bahwa hal itu adalah hasil deepfake sehingga ada alasan untuk menghindar dari apa yang sesungguhnya terjadi.
Baca juga: Tesla naikkan harga di AS usai pemangkasan harga keenam tahun ini
Baca juga: Tesla hadirkan sistem "Full Self-Driving" tapi masih versi beta
Baca juga: Tesla dan Elon Musk digugat pemegang saham atas keamanan autopilot
Pernyataan tersebut dikeluarkan berhubungan dengan perkara hukum yang tengah dihadapi Tesla. Perusahaan mobil otonom itu karena mendapatkan gugatan hukum dari Sz Hua Huang, seorang janda dari mantan insinyur perusahaan Apple bernama Walter Huang yang meninggal akibat kecelakaan mobil pada 2018, seperti diberitakan Business Insider dan Reuters, Kamis (27/4).
Tuntutan hukum atas kasus tersebut, yang kali pertama diajukan lewat Pengadilan Tinggi Santa Clara County pada 2019, berisi gugatan bahwa fitur autopilot Tesla tidak bekerja dengan baik dan salah membaca garis penanda jalur di jalan raya. Akibatnya, kecepatan mobil Huang cukup tinggi saat menghantam penghalang beton.
Berdasarkan hal tersebut, pengacara pihak Huang meminta wawancara dengan Elon Musk mengenai pernyataan yang sempat dia lontarkan beberapa waktu silam saat mempromosikan kemampuan perangkat lunak swakemudi milik Tesla.
Dalam sebuah pernyataan tahun 2016, Musk sempat mengatakan bahwa Tesla Model S dan Model X memiliki kemampuan mengemudi secara otonom dengan tingkat keamanan yang lebih baik.
Baca juga: Tesla menangi gugatan atas kecelakaan Autopilot Model S
Pengacara Tesla menyatakan bahwa mereka justru tidak benar-benar yakin bahwa Musk pernah melontarkan pernyataan semacam itu pada masa lalu. Tesla sendiri tidak dapat mengakui atau menyangkal keaslian rekaman video dan suara yang konon berisi pernyataan Elon Musk tersebut.
"Pada kenyataannya bahwa Tuan Musk, layaknya sosok publik lainnya, adalah subyek dari banyak video deepfake dan rekaman suara yang dimaksudkan untuk menunjukkan atau mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan atau katakan," tulis pernyataan perwakilan pengacara Tesla.
Pada Rabu (26/4), Hakim Evette Pennypacker mengatakan bahwa argumen-argumen yang muncul dalam perkara hukum tersebut cukup meresahkan. Pennypacker secara tentatif memerintahkan adanya sebuah wawancara dengan Elon Musk di bawah sumpah tentang apakah pendiri Tesla itu benar-benar pernah membuat pernyataan tersebut.
"Mereka berangkat dari posisi bahwa Tuan Musk adalah sosok terkenal dan sangat mungkin menjadi target dari video deepfake," tulis Pennypacker.
Tetapi di lain sisi, lanjut Pennypacker, Musk dan siapa pun yang berada pada posisi tersebut, bisa saja dengan mudah mengeluarkan pernyataan apapun yang mereka sukai kepada publik, kemudian berlindung lewat argumen bahwa hal itu adalah hasil deepfake sehingga ada alasan untuk menghindar dari apa yang sesungguhnya terjadi.
Baca juga: Tesla naikkan harga di AS usai pemangkasan harga keenam tahun ini
Baca juga: Tesla hadirkan sistem "Full Self-Driving" tapi masih versi beta
Baca juga: Tesla dan Elon Musk digugat pemegang saham atas keamanan autopilot
Penerjemah: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: