New York City (ANTARA) - Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai lembaga internasional dan ekonom terkemuka telah memperingatkan bahwa ekonomi global, terutama Amerika Serikat (AS), menghadapi prospek pertumbuhan yang lebih rendah, bukan hanya resesi, tetapi juga pertumbuhan yang rendah untuk satu dekade atau lebih.
"Beberapa di antaranya disebabkan oleh populasi yang menua, namun kita juga memilih kebijakan-kebijakan yang akan melemahkan ekonomi kita," demikian dilaporkan Bloomberg pada Senin (24/4).
"Anda mungkin berpikir bahwa hal itu akan meningkatkan kewaspadaan dan pertumbuhan pun akan menjadi prioritas, namun yang terjadi justru sikap acuh tak acuh, atau bahkan melipatgandakan kebijakan-kebijakan dengan pertumbuhan rendah."
Menurut laporan tersebut, stagnasi, bukan ketidaksetaraan, merupakan faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dan populisme.
"Pertumbuhan juga merupakan solusi terbaik guna menghadapi perubahan iklim karena pertumbuhan yang didorong oleh produktivitas merupakan cara kita dalam menggunakan sumber daya yang lebih sedikit untuk menghasilkan lebih banyak."
Sementara itu, ketika negara-negara menjadi lebih kaya, terdapat argumen bahwa mereka dapat menanggung risiko yang lebih kecil, dan tentu saja ada manfaat untuk lebih banyak stabilitas. Namun, para pembuat kebijakan saat ini terlalu condong ke arah keamanan, dan melupakan apa yang kita korbankan, papar laporan itu.
Dalam laporan juga ditambahkan bahwa ada gerakan kuat yang meremehkan pertumbuhan.
"Pertumbuhan meningkat ketika Anda menambahkan lebih banyak orang, modal, atau produktivitas ke dalam sebuah perekonomian.
"Populasi AS yang menyusut dan menua berarti lebih sedikit pekerja dan lebih sedikit output. Kita dapat mengimbangi hal tersebut dengan meningkatkan produktivitas," sebut laporan itu.
Ekonomi global terutama AS diproyeksikan tumbuh lebih rendah
26 April 2023 20:48 WIB
Para pembuat kebijakan saat ini terlalu condong ke arah keamanan, kehilangan pandangan tentang apa yang kita korbankan, dan ada gerakan kuat yang meremehkan pertumbuhan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023
Tags: