Dolar AS dan yen menguat karena risiko prospek ekonomi memburuk
26 April 2023 05:55 WIB
Tumpukan uang dolar AS berada di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)
New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven dolar dan yen menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena sentimen pasar berubah menjadi penghindaran risiko di tengah kekhawatiran baru tentang sektor perbankan dan prospek ekonomi global, yang menjatuhkan euro dari posisi tertinggi hampir 10 bulan.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,6 persen menjadi 101,83, setelah turun lebih dari 4,0 persen sejak 8 Maret.
"Selera risiko yang lebih rendah jelas merupakan pendorong utama di sini untuk dolar dan juga mata uang aman lainnya," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.
"Tapi kami tidak benar-benar mencatat kesuksesan besar dalam dolar atau memperpanjang secara signifikan pada saat ini. Ini bukan perkembangan jangka panjang, jadi kami harus melihat peluang reli dolar akan memudarkan," tambahnya.
Laporan kepercayaan konsumen yang lemah dan penurunan data manufaktur Federal Reserve semakin menambah daya tarik safe-haven dolar dan yen.
Baca juga: Dolar turun di awal sesi Asia, pedagang perkirakan bunga segera turun
Baca juga: Dolar jatuh, indeks aktivitas bisnis April meleset dari ekspektasi
Data menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke posisi terendah sembilan bulan pada April, sebuah survei menunjukkan pada Selasa (25/4/2023). The Conference Board mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun menjadi 101,3 - terendah sejak Juli 2022 - dari revisi 104,0 pada Maret.
Indeks manufaktur AS Fed Richmond juga merosot, turun di -10 pada April, kontraksi bulan keempat berturut-turut.
Kedua survei meniadakan data perumahan AS yang kuat, yang menunjukkan penjualan rumah baru mengalahkan perkiraan dengan kenaikan 9,6 persen pada Maret ke posisi tertinggi satu tahun di 683.000 unit.
"Biasnya adalah untuk pelemahan dolar, tapi saya pikir sampai data AS melemah secara substansial, sulit untuk melihat tren itu benar-benar meningkat," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.
Berita pada Senin (24/4/2023) tentang anjloknya simpanan di First Republic Bank berfungsi sebagai pengingat bahwa risiko stabilitas belum sepenuhnya mereda, sementara UBS melaporkan penurunan pendapatan triwulanan sebesar 52 persen.
Yen menguat, berperilaku seperti safe haven yang khas, bahkan ketika gubernur baru bank sentrla Jepang (BoJ) Kazuo Ueda mengisyaratkan dia tidak terburu-buru untuk mengubah kebijakan. Rapat BOJ minggu ini, yang berakhir pada Jumat (28/4/2023), adalah yang pertama kali di masa jabatannya.
Mata uang Jepang naik 0,6 persen menjadi 133,495 per dolar dan terangkat 1,2 persen menjadi 146,42 per euro, setelah sebelumnya menyentuh level terendah delapan tahun di 148,635.
Euro turun 0,7 persen terhadap dolar menjadi 1,0969 dolar, setelah naik 1,2 persen sejauh bulan ini dan lebih dari 4,0 persen sejak pertengahan Maret.
Anggota dewan ECB Isabel Schnabel mengatakan kepada Politico bahwa kenaikan suku bunga 50 basis poin tidak dibatalkan dan akan bergantung pada data - terutama angka inflasi yang akan dirilis dua hari sebelum pertemuan Mei.
Di tempat lain, sterling turun 0,6 persen pada 1,2403 dolar, tetapi mendekati level tertinggi 10 bulan di 1,2545 dolar yang dicapai awal bulan ini.
Dolar Australia turun 1,1 persen menjadi 0,6621 dolar AS karena pedagang menunggu data inflasi yang akan dirilis pada Rabu, sementara dolar Selandia Baru berada di 0,6138 dolar AS, turun 0,5 persen.
Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, hentikan penurunan beruntun lima minggu
Baca juga: Dolar AS melemah karena data indikasikan kontraksi ekonomi
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,6 persen menjadi 101,83, setelah turun lebih dari 4,0 persen sejak 8 Maret.
"Selera risiko yang lebih rendah jelas merupakan pendorong utama di sini untuk dolar dan juga mata uang aman lainnya," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.
"Tapi kami tidak benar-benar mencatat kesuksesan besar dalam dolar atau memperpanjang secara signifikan pada saat ini. Ini bukan perkembangan jangka panjang, jadi kami harus melihat peluang reli dolar akan memudarkan," tambahnya.
Laporan kepercayaan konsumen yang lemah dan penurunan data manufaktur Federal Reserve semakin menambah daya tarik safe-haven dolar dan yen.
Baca juga: Dolar turun di awal sesi Asia, pedagang perkirakan bunga segera turun
Baca juga: Dolar jatuh, indeks aktivitas bisnis April meleset dari ekspektasi
Data menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke posisi terendah sembilan bulan pada April, sebuah survei menunjukkan pada Selasa (25/4/2023). The Conference Board mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun menjadi 101,3 - terendah sejak Juli 2022 - dari revisi 104,0 pada Maret.
Indeks manufaktur AS Fed Richmond juga merosot, turun di -10 pada April, kontraksi bulan keempat berturut-turut.
Kedua survei meniadakan data perumahan AS yang kuat, yang menunjukkan penjualan rumah baru mengalahkan perkiraan dengan kenaikan 9,6 persen pada Maret ke posisi tertinggi satu tahun di 683.000 unit.
"Biasnya adalah untuk pelemahan dolar, tapi saya pikir sampai data AS melemah secara substansial, sulit untuk melihat tren itu benar-benar meningkat," kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.
Berita pada Senin (24/4/2023) tentang anjloknya simpanan di First Republic Bank berfungsi sebagai pengingat bahwa risiko stabilitas belum sepenuhnya mereda, sementara UBS melaporkan penurunan pendapatan triwulanan sebesar 52 persen.
Yen menguat, berperilaku seperti safe haven yang khas, bahkan ketika gubernur baru bank sentrla Jepang (BoJ) Kazuo Ueda mengisyaratkan dia tidak terburu-buru untuk mengubah kebijakan. Rapat BOJ minggu ini, yang berakhir pada Jumat (28/4/2023), adalah yang pertama kali di masa jabatannya.
Mata uang Jepang naik 0,6 persen menjadi 133,495 per dolar dan terangkat 1,2 persen menjadi 146,42 per euro, setelah sebelumnya menyentuh level terendah delapan tahun di 148,635.
Euro turun 0,7 persen terhadap dolar menjadi 1,0969 dolar, setelah naik 1,2 persen sejauh bulan ini dan lebih dari 4,0 persen sejak pertengahan Maret.
Anggota dewan ECB Isabel Schnabel mengatakan kepada Politico bahwa kenaikan suku bunga 50 basis poin tidak dibatalkan dan akan bergantung pada data - terutama angka inflasi yang akan dirilis dua hari sebelum pertemuan Mei.
Di tempat lain, sterling turun 0,6 persen pada 1,2403 dolar, tetapi mendekati level tertinggi 10 bulan di 1,2545 dolar yang dicapai awal bulan ini.
Dolar Australia turun 1,1 persen menjadi 0,6621 dolar AS karena pedagang menunggu data inflasi yang akan dirilis pada Rabu, sementara dolar Selandia Baru berada di 0,6138 dolar AS, turun 0,5 persen.
Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, hentikan penurunan beruntun lima minggu
Baca juga: Dolar AS melemah karena data indikasikan kontraksi ekonomi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023
Tags: