Pakar: Pencabutan tarif EU untuk biji-bijian Ukraina "kesalahan besar"
25 April 2023 11:30 WIB
Hongaria bergabung dengan Polandia yang melarang impor biji-bijian dan produk-produk makanan lainnya dari Ukraina pada 16 April, dalam upaya untuk melindungi industri pertanian dalam negerinya. Larangan serupa juga diikuti oleh Slovakia dan Bulgaria.
Budapest (ANTARA) - Uni Eropa (EU) membuat "kesalahan besar" dengan mengizinkan perdagangan bebas untuk biji-bijian dari Ukraina, menurut seorang pakar pertanian asal Hongaria.
"Saya harus katakan bahwa metode EU untuk memecahkan masalah ini cukup aneh," kata Toth Laszlo Levente kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.
Ukraina, yang sempat dikenal sebagai lumbung Eropa, sudah memiliki timbunan produk pertanian akibat konfliknya dengan Rusia.
Penimbunan itu dilakukan sebelum keputusan EU muncul pada Juni 2022 --untuk mencabut tarif bagi barang ekspor Ukraina selama satu tahun guna mendukung perekonomian negara tersebut.
Sebagian besar biji-bijian Ukraina tidak menjangkau pasar-pasar yang biasa dijangkaunya dalam situasi normal, seperti Afrika, dan justru terdampar dan mengganggu pasar di negara-negara tetangga.
"Biji-bijian Ukraina membanjiri ... bagian timur Eropa, menyebabkan penurunan harga besar-besaran di pasar. Biji-bijian itu bahkan tidak melewati perbatasan," ujar Toth.
Hongaria bergabung dengan Polandia yang melarang impor biji-bijian dan produk-produk makanan lainnya dari Ukraina pada 16 April, dalam upaya untuk melindungi industri pertanian dalam negerinya.
Larangan serupa juga diikuti oleh Slovakia dan Bulgaria.
Menurut Toth, pelaku pasar senang dengan larangan tersebut.
"... tetapi itu tidak cukup. Itulah sebabnya Menteri Pertanian menyerukan pemberian dukungan dari Brussel untuk membantu memfasilitasi keluarnya biji-bijian yang terjebak di dalam perbatasan, (guna membantunya) mencapai tempat-tempat seperti Afrika yang benar-benar membutuhkannya," ujarnya.
Menteri Pertanian Hongaria Istvan Nagy pada 20 April meminta EU agar meluncurkan subsidi progresif untuk pengangkutan biji-bijian Ukraina di dalam wilayah Uni Eropa guna melindungi para petani di Eropa Tengah dan Timur.
Sementara itu, Kepala Kantor Perdana Menteri Hongaria Gergely Gulyas mengatakan ekspor jagung dari Ukraina meningkat 7.000 persen, dan ekspor biji-bijian sebesar 1.000 persen, antara tahun 2021 dan 2022.
Hal itu menyebabkan terganggunya jalur distribusi pertanian, terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina.
EU menyabotase dirinya sendiri, ujar Toth. "Jelas ... bahwa EU memenuhi kepentingan Amerika Serikat (AS)," katanya, menambahkan.
Menurut Toth, EU kini berencana meluncurkan serangkaian peraturan yang akan mengakibatkan penurunan di sektor peternakan di Eropa, menyebut kekhawatiran lingkungan sebagai penyebabnya.
Namun, EU akan mengimpor daging ayam dari Brazil serta daging sapi dan produk-produk lainnya dari AS dengan biaya tinggi.
"Saya tidak tahu arah yang akan diambil EU dan mengapa mereka berpikir seperti itu, padahal ini benar-benar wilayah yang diberkahi dengan berbagai peluang produksi yang baik," imbuh Toth.
"Saya harus katakan bahwa metode EU untuk memecahkan masalah ini cukup aneh," kata Toth Laszlo Levente kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.
Ukraina, yang sempat dikenal sebagai lumbung Eropa, sudah memiliki timbunan produk pertanian akibat konfliknya dengan Rusia.
Penimbunan itu dilakukan sebelum keputusan EU muncul pada Juni 2022 --untuk mencabut tarif bagi barang ekspor Ukraina selama satu tahun guna mendukung perekonomian negara tersebut.
Sebagian besar biji-bijian Ukraina tidak menjangkau pasar-pasar yang biasa dijangkaunya dalam situasi normal, seperti Afrika, dan justru terdampar dan mengganggu pasar di negara-negara tetangga.
"Biji-bijian Ukraina membanjiri ... bagian timur Eropa, menyebabkan penurunan harga besar-besaran di pasar. Biji-bijian itu bahkan tidak melewati perbatasan," ujar Toth.
Hongaria bergabung dengan Polandia yang melarang impor biji-bijian dan produk-produk makanan lainnya dari Ukraina pada 16 April, dalam upaya untuk melindungi industri pertanian dalam negerinya.
Larangan serupa juga diikuti oleh Slovakia dan Bulgaria.
Menurut Toth, pelaku pasar senang dengan larangan tersebut.
"... tetapi itu tidak cukup. Itulah sebabnya Menteri Pertanian menyerukan pemberian dukungan dari Brussel untuk membantu memfasilitasi keluarnya biji-bijian yang terjebak di dalam perbatasan, (guna membantunya) mencapai tempat-tempat seperti Afrika yang benar-benar membutuhkannya," ujarnya.
Menteri Pertanian Hongaria Istvan Nagy pada 20 April meminta EU agar meluncurkan subsidi progresif untuk pengangkutan biji-bijian Ukraina di dalam wilayah Uni Eropa guna melindungi para petani di Eropa Tengah dan Timur.
Sementara itu, Kepala Kantor Perdana Menteri Hongaria Gergely Gulyas mengatakan ekspor jagung dari Ukraina meningkat 7.000 persen, dan ekspor biji-bijian sebesar 1.000 persen, antara tahun 2021 dan 2022.
Hal itu menyebabkan terganggunya jalur distribusi pertanian, terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina.
EU menyabotase dirinya sendiri, ujar Toth. "Jelas ... bahwa EU memenuhi kepentingan Amerika Serikat (AS)," katanya, menambahkan.
Menurut Toth, EU kini berencana meluncurkan serangkaian peraturan yang akan mengakibatkan penurunan di sektor peternakan di Eropa, menyebut kekhawatiran lingkungan sebagai penyebabnya.
Namun, EU akan mengimpor daging ayam dari Brazil serta daging sapi dan produk-produk lainnya dari AS dengan biaya tinggi.
"Saya tidak tahu arah yang akan diambil EU dan mengapa mereka berpikir seperti itu, padahal ini benar-benar wilayah yang diberkahi dengan berbagai peluang produksi yang baik," imbuh Toth.
Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023
Tags: