Dubai (ANTARA News) - Pasukan keamanan Uni Emirat Arab menangkap sejumlah warga UAE dan Arab Saudi yang berencana melancarkan serangan-serangan militan di kedua negara itu dan negara-negara lain.

Menurut kata Kantor Berita WAM, kelompok tersebut memiliki peralatan dan barang yang bisa digunakan untuk serangan-serangan teroris.

"Pasukan keamanan di UAE, dalam kerja sama dengan pihak-pihak keamanan terkait di Arab Saudi, mengumumkan penangkapan sebuah sel terorganisasi dari kelompok menyimpang yang berencana melakukan tindakan melawan keamanan nasional di kedua negara dan beberapa negara tetangga lain," demikian laporan WAM, Rabu.

Istilah "kelompok menyimpang" sering digunakan oleh pihak berwenang di Arab Saudi untuk anggota-anggota Al Qaida.

Reuters melaporkan UAE, negara pengekspor minyak utama, tempat bisnis regional dan sekutu AS, menahan lebih dari 60 militan lokal sepanjang tahun ini.

Para tahanan, anggota sebuah kelompok garis keras bernama al-Islah, telah mengaku membentuk organisasi rahasia dengan angkatan bersenjata yang tujuannya merebut kekuasaan dan mendirikan sebuah negara Islam, kata media setempat pada September.

Arab Saudi juga telah menangkap ribuan tersangka militan sejak serangan-serangan 2003-2006 terhadap kawasan permukiman untuk pekerja asing dan fasilitas pemerintah yang menewaskan puluhan orang.

Yaman

Pada Agustus, aparat keamanan Arab Saudi di Riyadh menangkap sekelompok militan yang diduga memiliki hubungan dengan Al Qaida, sebagian besar warga negara Yaman.

AS mengirim bantuan ke Yaman untuk membendung ancaman serangan dari Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) dan berusaha mencegah perluasan kekerasan ke Arab Saudi.

Pemulihan stabilitas Yaman merupakan prioritas internasional karena posisi strategisnya yang berdekatan dengan negara pengekspor minyak Arab Saudi dan jalur perkapalan internasional.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah Yaman selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

(M014)