Seorang warga AS tewas di tengah konflik militer di Sudan
22 April 2023 12:20 WIB
Arsip foto - Asap membumbung di Omdurman, dekat Jembatan Halfaya, selama bentrokan antara paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan tentara, seperti yang terlihat dari Khartoum Utara, Sudan, Sabtu (15/4/2023). ANTARA/REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah/as/am.
Washington (ANTARA) - Seorang warga negara Amerika tewas di tengah konflik militer untuk memperebutkan kekuasaan di Sudan, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Jumat (21/4).
Dia tidak menyebutkan identitas korban tetapi menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban.
Pada Kamis (20/4), Pentagon mengatakan bahwa AS sedang mengirim pasukan ke wilayah tersebut menjelang kemungkinan penarikan diplomat AS dari Sudan.
Namun, Kirby mengatakan bahwa AS belum bisa mengumpulkan semua diplomat mereka sebelum proses evakuasi.
"Proses itu belum selesai, tetapi saya tahu Duta Besar John Godfrey di sana bekerja sangat keras untuk memeriksa apakah dia bisa mempercepatnya," ujar Kirby.
"Saya pikir Anda dapat memahami bahwa ini tidak sesederhana masuk ke dalam taksi dan menuju kedutaan. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya di Khartoum ketika pertempuran terus berlanjut," tutur dia.
Sedikitnya 413 korban tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka sejak pertempuran meletus pada 15 April lalu antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di ibu kota Khartoum dan sekitarnya.
Upaya internasional dan regional sejauh ini gagal mengakhiri pertempuran antara tentara Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan dan RSF di bawah pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat, yang oleh kekuatan politik disebut sebagai kudeta.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Pesawat-pesawat Spanyol siap evakuasi warga dari Sudan
Baca juga: Kartunis asal Sudan berjuang dengan berkarya demi membawa harapan
Dia tidak menyebutkan identitas korban tetapi menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban.
Pada Kamis (20/4), Pentagon mengatakan bahwa AS sedang mengirim pasukan ke wilayah tersebut menjelang kemungkinan penarikan diplomat AS dari Sudan.
Namun, Kirby mengatakan bahwa AS belum bisa mengumpulkan semua diplomat mereka sebelum proses evakuasi.
"Proses itu belum selesai, tetapi saya tahu Duta Besar John Godfrey di sana bekerja sangat keras untuk memeriksa apakah dia bisa mempercepatnya," ujar Kirby.
"Saya pikir Anda dapat memahami bahwa ini tidak sesederhana masuk ke dalam taksi dan menuju kedutaan. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya di Khartoum ketika pertempuran terus berlanjut," tutur dia.
Sedikitnya 413 korban tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka sejak pertempuran meletus pada 15 April lalu antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di ibu kota Khartoum dan sekitarnya.
Upaya internasional dan regional sejauh ini gagal mengakhiri pertempuran antara tentara Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan dan RSF di bawah pimpinan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat, yang oleh kekuatan politik disebut sebagai kudeta.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Pesawat-pesawat Spanyol siap evakuasi warga dari Sudan
Baca juga: Kartunis asal Sudan berjuang dengan berkarya demi membawa harapan
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: