"Dengan menghargai perbedaan antara satu dengan yang lainnya," ucap Sagaf Pettalongi, dalam khutbah Idul Fitri 1444 Hijriah, di Palu, Sabtu.
Kata Sagaf, sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain, dan seseorang tidak akan dapat hidup hanya dengan seorang diri.
"Oleh karena itu, harus ada sifat dan sikap untuk saling bahu membahu, bergotong royong dan saling memberi, sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat ditiadakan," ujar Sagaf yang merupakan Rektor UIN Datokarama Palu.
Islam, kata dia, sesungguhnya agama yang sangat menghargai perbedaan dan keragaman sosial, keadilan, dan kehidupan yang damai.
Baca juga: Pesan kedamaian jadi tema besar khutbah Idul Fitri di Masjid Istiqlal
Ia menerangkan, konsepsi kerukunan hidup antarumat beragama yang diterapkan Islam dalam wujud toleransi sosial yang aman dan damai, telah dibuktikan ketika Islam menduduki kekuasaan dunia berabad - abad lamanya, toleransi sosial terhadap masyarakat non-muslim sangat diperhatikan oleh pemerintahan Islam.
Sikap toleran yang diajarkan Islam, ujar dia, bukan hanya umat Islam berada di suatu negeri dalam kedudukan minoritas. Tetapi pada posisi mayoritas sekalipun, Islam mendidik umatnya agar tetap toleran.
"Konsepsi Islam tentang ummatan wahidah telah telah memberi pemaknaan bahwa rahmat Allah tidak hanya untuk manusia yang beriman saja," ucapnya.
Melainkan, sebut dia, kepada semua umat beragama, di mana umat Islam merupakan bagian dari kesatuan umat se-dunia.
Baca juga: Gubernur Gorontalo shalat Id bersama ribuan warga di Lapangan Taruna