TNI: Tidak usah khawatir "siaga tempur" karena sudah tersusun
21 April 2023 19:39 WIB
Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono saat memberikan keterangan di Balai Wartawan Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta, Minggu (16/4/2023).(ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksda Julius Widjojono meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan operasi siaga tempur yang diterapkan TNI di sejumlah daerah rawan di Papua.
"Untuk diketahui bahwa tidak usah khawatir dengan istilah siaga tempur, karena itu memang sudah tersusun, tidak ngawur, tidak melebar ke mana-mana, ya di situ," kata Julius di Mabes TNI, Jakarta, Jumat.
Menurut Julius, langkah TNI menerapkan operasi siaga tempur perlu diambil karena penanganan masalah di Papua itu, berdasarkan pengalaman selama lebih dari 50 tahun, dinilai belum berhasil.
"Kata kuncinya dari 50 tahun. Zamannya Pak Soeharto tidak berhasil, kurang keras seperti apa?" tambahnya.
Baca juga: Kapuspen: Siaga tempur di Papua hanya di daerah-daerah rawan
Julius menambahkan operasi siaga tempur perlu dilakukan karena aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau kelompok separatis teroris (KST) di Tanah Papua semakin agresif dan mengancam keselamatan masyarakat, prajurit, juga kedaulatan NKRI.
"Siaga tempur dilakukan hanya di daerah-daerah rawan, daerah yang ditandai sebagai pusat-pusat operasi mereka. Adapun secara fisik, kekuatan alutsista dan persenjataan tidak ada perubahan," kata Julius di Jakarta, Rabu (19/4).
Sementara itu, Selasa (18/4), Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di Timika, Papua, mengumumkan penerapan operasi siaga tempur di daerah-daerah rawan di Papua.
Operasi itu diterapkan terkait penyerangan oleh KKB terhadap pasukan TNI yang sedang menyisir lokasi di Mugi-man, Nduga, pada Minggu (15/4), guna mencari pilot Susi Air Phillips Mehrtens.
Baca juga: Jenazah Pratu Arifin dan tiga prajurit lainnya dievakuasi dari Nduga
Baca juga: Panglima TNI terapkan operasi siaga tempur di daerah rawan Papua
"Untuk diketahui bahwa tidak usah khawatir dengan istilah siaga tempur, karena itu memang sudah tersusun, tidak ngawur, tidak melebar ke mana-mana, ya di situ," kata Julius di Mabes TNI, Jakarta, Jumat.
Menurut Julius, langkah TNI menerapkan operasi siaga tempur perlu diambil karena penanganan masalah di Papua itu, berdasarkan pengalaman selama lebih dari 50 tahun, dinilai belum berhasil.
"Kata kuncinya dari 50 tahun. Zamannya Pak Soeharto tidak berhasil, kurang keras seperti apa?" tambahnya.
Baca juga: Kapuspen: Siaga tempur di Papua hanya di daerah-daerah rawan
Julius menambahkan operasi siaga tempur perlu dilakukan karena aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau kelompok separatis teroris (KST) di Tanah Papua semakin agresif dan mengancam keselamatan masyarakat, prajurit, juga kedaulatan NKRI.
"Siaga tempur dilakukan hanya di daerah-daerah rawan, daerah yang ditandai sebagai pusat-pusat operasi mereka. Adapun secara fisik, kekuatan alutsista dan persenjataan tidak ada perubahan," kata Julius di Jakarta, Rabu (19/4).
Sementara itu, Selasa (18/4), Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di Timika, Papua, mengumumkan penerapan operasi siaga tempur di daerah-daerah rawan di Papua.
Operasi itu diterapkan terkait penyerangan oleh KKB terhadap pasukan TNI yang sedang menyisir lokasi di Mugi-man, Nduga, pada Minggu (15/4), guna mencari pilot Susi Air Phillips Mehrtens.
Baca juga: Jenazah Pratu Arifin dan tiga prajurit lainnya dievakuasi dari Nduga
Baca juga: Panglima TNI terapkan operasi siaga tempur di daerah rawan Papua
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: