Teheran (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Anggota parlemen senior Iran, Mehdi Sanaei, mengeritik cara pandang negara-negara Barat dalam pembicaraan program nuklir Iran yang kontroversial.

Dia mengatakan hal tersebut adalah "hambatan terbesar" untuk menyelesaikan masalah itu dalam sebuah siaran Press TV pada Minggu.

"Selama dialog, biasanya langkah positif dicapai, tetapi pada saat yang bersamaan sinyal negatif yang serius terus dikirimkan dan sanksi baru diberlakukan terhadap Iran," kata Sanaei, seperti dikutip siaran itu.

Pada bulan ini, pemerintahan Barack Obama mengatakan, Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan terhadap Iran terkait program nuklir kontroversialnya dengan memberlakukan sanksi terhadap tujuh entitas dan lima orang yang dituduh membantu pemerintah Iran dalam memeroleh jasa, teknologi, dan barang unik yang mampu meningkatkan kemampuan mereka untuk pengayaan uranium dan riset reaktor air berat.

Pada saat yang bersamaan, media Barat melaporkan bahwa pemerintah Obama berkeinginan untuk menggagas kembali pembicaraan bilateral AS-Iran dalam beberapa bulan ke depan yang diartikan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah bersama terkait isu nuklir di negara Timur Tengah itu.

"Hambatan terbesar untuk mencapai hasil dalam dialog adalah pendekatan Barat yang salah," kata Sanaei, yang juga menegaskan bahwa pihak Barat menjalankan kebijakan "carrot and stick" serta kebijakan negosiasi dan tekanan secara bersamaan.

Sanaei mengatakan kontradiksi seperti itu terus menghantui hasil positif yang ingin dicapai dalam dialog, karena mungkin saja hasil positif dalam pembicaraan antara Iran dan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- AS, Inggris, China, Rusia, Prancis-- ditambah Jerman, bisa saja tercapai jika Barat mengubah sikapnya itu.

Pada Selasa, Press TV mengutip Menteri Luar Negeri Iran, Ali-Akbar Salehi yang mengatakan klaim Amerika Serikat atas upaya negosiasi yang mereka lakukan dengan Iran tidak sejalan dengan permusuhan yang dilancarkan negara itu terhadap Iran.

Dalam menjawab aktivitas nuklir Iran yang terus berlangsung, Uni Eropa pada Sabtu menyepakati sebuah sanksi tambahan terhadap satu entitas Iran dan 18 entitas bisnis lainnya termasuk perusahaan minyak, perbankan dan asuransi, yang dikatakan terlibat dalam mendukung aktifitas nuklir Iran.

Daftar sanksi itu juga mencakup Universitas Teknologi Sharif Teheren yang dikatakan telah melanggar ketentuan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa terhadap negara itu.

Rektor universitas terkemuka di Iran itu, Reza Roosta-Azad pada Minggu mengatakan sanksi yang diberlakukan terhadap kampusnya itu "membuat mereka lebih senang", seperti dikutip Kantor Berita Mehr.

"Universitas Sharif telah berada dalam daftar selama bertahun-tahun sehingga sanksi itu membuat kami lebih senang," ujarnya.

Dengan memberlakukan sanksi terhadap Universitas Sharif, kata Azad, berarti bahwa aktivitas kami sangat efektif. Dia juga mengatakan sanksi Uni Eropa itu tidak berdampak terhadap program dan aktivitas yang dilakukan universitas itu.

Selain itu, Menteri Perminyakan Iran, Rostam Qasemi, juga angkat bicara pada Minggu, dengan mengatakan bahwa Iran telah berhasil melewati berbagai sanksi yang diberlakukan terhadap sektor energi negara itu.

"Berbagai sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat dan negara Eropa adalah `pilihan terakhir` mereka terhadap Iran," kata Qasemi seperti dikutip Press TV.

Ia mengatakan sejumlah saksi yang diberlakukan itu memiliki banyak tujuan, yang paling pentingnya adalah menutup kehadiran Iran di pasar minayk dunia dan mengganggu kestabilan pasokan minyak dunia, tetapi sejauh ini Iran masih bisa mengatasinya.
(Uu.P012/M016)