"Surveilans perlu kami lakukan agar jika ditemukan pemudik yang terjangkit malaria di Kalimantan Timur (Kaltim), bisa ditangani di daerah tujuan mudik," ujar Koordinator Substansi Pengendalian Karantina dan Surveilance Epidemiologi KKP Samarinda M Gustiansyah di Samarinda, Kamis.
Saat ini, katanya, atau sejak awal 2023 terjadi peningkatan kasus malaria di Kabupaten Kutai Timur (Kaltim), terutama di Kecamatan Sangkulirang, Kaliorang, dan di sejumlah kawasan perkebunan sawit, sehingga perlu dilakukan surveilans.
Sementara itu, pemudik yang berangkat dari Pelabuhan Samarinda dengan tujuan Pare-Pare dan sejumlah daerah lain di Sulawesi Selatan, banyak juga yang berasal dari Kabupaten Kutai Timur, sehingga jangan sampai ada pengidap malaria yang secara tidak disengaja menyebarkan virus ke daerah tujuan.
Surveilans yang ia lakukan hanya sampel, sehingga setiap hari, sebelum kapal berangkat dari Samarinda ke Pare-Pare, pihaknya melakukan deteksi dengan melalui cek darah terhadap puluhan pemudik dari sejumlah kawasan di Kutai Timur.
Baca juga: Dokter anak ingatkan orang tua penuhi asupan gizi balita selama mudik
Baca juga: Dinkes Bali dirikan 26 posko kesehatan selama masa Lebaran 2023
Selain pemudik dari Kutai Timur, cek darah untuk pemeriksaan malaria juga dilakukan bagi pemudik dengan tujuan Toraja, Tanah Toraja Utara, dan sejumlah daerah lain di Sulawesi yang masih endemik malaria.
Sejauh ini, pihaknya belum menemukan adanya pemudik yang positif malaria. Namun seandainya ada ditemukan yang positif, maka ia langsung koordinasi dengan instansi kesehatan di daerah tujuan agar dilakukan penanganan, karena data pemudik yang diperiksa sudah terdata.
"Dalam surveilans malaria ini, apapun hasilnya, baik positif maupun negatif, kami tidak menghalangi penumpang untuk berangkat, namun kami akan koordinasi dengan petugas di daerah tujuan untuk melakukan pemantauan dan tindakan lebih lanjut," kata Gusti.
Di arus balik setelah lebaran mendatang, pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan terhadap penumpang dari sejumlah daerah di Sulawesi yang masih endemik malaria, untuk dilakukan tindakan lebih lanjut jika ditemukan ada yang positif.
"Untuk di Provinsi Kaltim, ada tiga daerah yang telah dinyatakan bebas dari malaria, yakni Kota Bontang, Samarinda, dan Kota Balikpapan. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur terjadi peningkatan kasus malaria sejak Januari 2023, makanya kami perlu melakukan deteksi dini," katanya.
Baca juga: Dinkes Bengkulu siapkan multivitamin bagi pemudik di 32 pos kesehatan
Baca juga: Pemudik kendaraan roda dua di malam hari diimbau siapkan kesehatanSelain pemudik dari Kutai Timur, cek darah untuk pemeriksaan malaria juga dilakukan bagi pemudik dengan tujuan Toraja, Tanah Toraja Utara, dan sejumlah daerah lain di Sulawesi yang masih endemik malaria.
Sejauh ini, pihaknya belum menemukan adanya pemudik yang positif malaria. Namun seandainya ada ditemukan yang positif, maka ia langsung koordinasi dengan instansi kesehatan di daerah tujuan agar dilakukan penanganan, karena data pemudik yang diperiksa sudah terdata.
"Dalam surveilans malaria ini, apapun hasilnya, baik positif maupun negatif, kami tidak menghalangi penumpang untuk berangkat, namun kami akan koordinasi dengan petugas di daerah tujuan untuk melakukan pemantauan dan tindakan lebih lanjut," kata Gusti.
Di arus balik setelah lebaran mendatang, pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan terhadap penumpang dari sejumlah daerah di Sulawesi yang masih endemik malaria, untuk dilakukan tindakan lebih lanjut jika ditemukan ada yang positif.
"Untuk di Provinsi Kaltim, ada tiga daerah yang telah dinyatakan bebas dari malaria, yakni Kota Bontang, Samarinda, dan Kota Balikpapan. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur terjadi peningkatan kasus malaria sejak Januari 2023, makanya kami perlu melakukan deteksi dini," katanya.
Baca juga: Dinkes Bengkulu siapkan multivitamin bagi pemudik di 32 pos kesehatan
Baca juga: PMI Babel buka posko kesehatan mudik di bandara