Palu (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Profesor Sagaf Pettalongi mengimbau masyarakat agar mengedepankan sikap toleransi atas perbedaan penentuan waktu 1 Syawal atau waktu pelaksanaan Idul Fitri 1444 Hijriah Tahun 2023.

"Perbedaan yang ada tidak perlu didebatkan dan dipertentangkan," kata Sagaf Pettalongi, dihubungi dari Palu, Kamis malam.

Pemerintah melalui Kementerian Agama telah melaksanakan Sidang Isbat dan menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Sabtu 22 April 2023.

Kata Sagaf, penetapan tersebut tentu telah mempertimbangkan berbagai aspek. Namun, kata dia, bila ada kelompok masyarakat yang melaksanakan Idul Fitri dan sholat Idul Fitri pada Jumat 21 April 2023, maka hal itu tidak perlu dipertentangkan.

Sagaf yang merupakan Guru Besar sekaligus Pakar Manajemen Pendidikan UIN Palu mengutip satu Firman Allah pada Surah Huud Ayat 118 yang berbunyi "Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya ia menjadikan manusia menjadi umat yang satu, tetapi umat manusia senantiasa berbeda - beda".

Firman Allah ini, menurut dia, menggambarkan bahwa perbedaan yang terjadi di sekitar kita dan dalam kehidupan sosial keagamaan adalah ketetapan Allah.

"Karena itu tidak boleh memaksakan kehendak agar semua makhluk menjadi sama," katanya.

Ia mengemukakan perbedaan merupakan anugerah yang patut disyukuri dengan cara saling mengenali, memahami dan mengerti, sehingga tercipta kehidupan yang rukun, aman, damai, dan penuh persaudaraan.

"Dengan begitu kita dapat saling tolong menolong dalam kebaikan demi kemudahan menjalani kehidupan bersama," ujarnya.
Baca juga: Kemenag ajak masyarakat tidak lagi perdebatkan metode penentuan hilal
Baca juga: Pesantren Al Falah Ploso Kediri putuskan Idul Fitri hari Jumat
Baca juga: Menag : Jaga ukhuwah sikapi potensi perbedaan Idul Fitri