"Saya mengimbau kepada seluruh WNI di China dan Mongolia untuk menjadikan peringatan Natal kali ini sebagai momentum untuk terus menyebarkan cinta kasih, utamanya sesama WNI, dan semangat NKRI," katanya, saat perayaan Natal 2012 Masyarakat Indonesia, di Beijing, Sabtu malam.
Seluruh WNI Kristiani bersama dengan saudaranya sesama WNI di Beijing merayakan Natal 2012 dengan tema "Dalam Kebhinekaan Gereja Bersatu Dalam Tubuh Kristus, satu Iman, Satu Kasih, Dalam Satu Keluarga Besar Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Perayaan Natal, katanya, selayaknya dijadikan seluruh WNI di China dan Mongolia sebagai momentum memperkuat identitas sebagai negara Indonesia yang satu dalam kerangka persatuan dan kesatuan.
"Jangan kalian terombang-ambing oleh berbagai upaya sejumlah pihak yang ingin memilah, memecah belah kita sebagai bangsa yang satu, bangsa Indonesia tempat kita lahir, dibesarkan dan mungkin juga tempat kita menutup mata," ujarnya.
Terkhusus bagi WNI Kristiani di China dan Mongolia, yang merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat, dia meminta agar selalu mampu mempertahankan identitasnya sebagai bagian tak terpisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia.
"Kita sebagai umat beragama seharusnya sangat prihatin terhadap berbagai konflik yang terjadi baik di kawasan Asia maupun secara global. Terlebih sebagian besar konflik terjadi di wilayah tempat agama-agama samawi diturunkan," katanya.
Padahal dengan memahami dan menjalankan ajaran agama secara benar, maka segala bentuk konflik itu dapat diredam. "Agama diturunkan ke muka bumi untuk perdamaian, bukan sebaliknya. Jika kita berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran agama, maka agama itu diturunkan untuk menyebarkan kasih dan kepedulian antarsesama," kata dia.
Secara umum, lanjut dia, perayaan Natal menjadi momentum untuk mengevaluasi keimanan, penghayatan terhadap nilai-nilai serta ajaran-ajaran agama untuk diterapkan secara nyata di masa kini maupun masa depan dengan lebih baik.
Perayaan Natal, katanya, selayaknya dijadikan seluruh WNI di China dan Mongolia sebagai momentum memperkuat identitas sebagai negara Indonesia yang satu dalam kerangka persatuan dan kesatuan.
"Jangan kalian terombang-ambing oleh berbagai upaya sejumlah pihak yang ingin memilah, memecah belah kita sebagai bangsa yang satu, bangsa Indonesia tempat kita lahir, dibesarkan dan mungkin juga tempat kita menutup mata," ujarnya.
Terkhusus bagi WNI Kristiani di China dan Mongolia, yang merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat, dia meminta agar selalu mampu mempertahankan identitasnya sebagai bagian tak terpisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia.
"Kita sebagai umat beragama seharusnya sangat prihatin terhadap berbagai konflik yang terjadi baik di kawasan Asia maupun secara global. Terlebih sebagian besar konflik terjadi di wilayah tempat agama-agama samawi diturunkan," katanya.
Padahal dengan memahami dan menjalankan ajaran agama secara benar, maka segala bentuk konflik itu dapat diredam. "Agama diturunkan ke muka bumi untuk perdamaian, bukan sebaliknya. Jika kita berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran agama, maka agama itu diturunkan untuk menyebarkan kasih dan kepedulian antarsesama," kata dia.
Secara umum, lanjut dia, perayaan Natal menjadi momentum untuk mengevaluasi keimanan, penghayatan terhadap nilai-nilai serta ajaran-ajaran agama untuk diterapkan secara nyata di masa kini maupun masa depan dengan lebih baik.
(R018/M020)