Ketua Pepadi Jember, Imam Sudaim, Sabtu, mengatakan cerita wayang yang disampaikan para dalang dalam Bahasa Indonesia itu bertujuan untuk mendekatkan masyarakat agar semakin mencintai budaya wayang kulit.
"Banyak warga yang enggan nonton wayang karena mereka tidak mengerti Bahasa Jawa yang digunakan para dalang, sehingga mereka tidak mencintai budaya sendiri," tuturnya.
Menurut dia, Festival Dalang Nusantara mencoba untuk melakukan terobosan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan hal itu tidak masalah karena tidak mengubah aturan baku (pakem) wayang.
"Cerita tokoh-tokoh pewayangan tetap sama, hanya bahasa komunikasinya yang diubah menjadi Bahasa Indonesia, agar mudah dimengerti masyarakat," kata Imam yang juga mantan anggota DPRD Jember itu.
Ia menjelaskan puluhan dalang wayang purwa (berbahasa Jawa) tampil mendalang dengan Bahasa Indonesia di halaman RRI Jember dan mereka berkompetisi meraih nominasi terbaik dalam Festival Dalang Nusantara.
"Mereka mengadu keterampilan menggunakan Bahasa Indonesia dalam dialog dalang yang biasa menggunakan Bahasa Jawa, kemudian menyajikan cerita pendek selama 40 menit, dan tetap berbusana dalang wayang Purwa," paparnya.
Dalam sambutannya, Asisten I Pemkab Jember Sigit Akbari yang hadir mewakili Bupati Jember MZA Djalal menyampaikan keprihatinan terhadap maraknya budaya modern yang membawa generasi muda tidak mencintai budaya bangsa seperti wayang kulit dan dikhawatirkan merongrong keluhuran budaya bangsa sendiri.
"Kalangan muda di Indonesia mungkin lebih suka musik rock n roll dan disco daripada wayang kulit dan tari tradisional, padahal nilai-nilai modern tidak sepenuhnya cocok dengan tata nilai dan kepribadian Indonesia yang bercirikan keluhuran budi pekerti," tutur Sigit.
Ia menyambut positif penyelenggaraan Festival Dalang Nusantara yang digelar selama dua hari tersebut di RRI Jember karena bisa menjadi motivasi bagi masyarakat untuk ikut melestarikan seni budaya Jawa, khususnya wayang kulit.
(ANT-070/E011)