Rusia (ANTARA) - Upaya Brazil untuk memediasi konflik di Ukraina 'patut mendapat perhatian', namun Rusia belum menerima rencana untuk perdamaian yang diusulkan oleh Prancis, kata Kremlin pada Selasa (18/4).

Dari pemberitaan Bloomberg, Presiden Prancis Emmanuel Macron berencana mendekati China dengan membawa rencana yang memungkinkan pembicaraan antara Rusia dan Ukraina dilangsungkan.

Sementara itu, Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva menuai kritikan dari Amerika Serikat pada Senin (17/4), atas komentarnya akhir-akhir ini. Dia mengatakan bahwa negara-negara Barat 'mendorong' terjadinya konflik tersebut dengan cara mempersenjatai Ukraina. Lula mengatakan bahwa AS harus berhenti mengirimkan persenjataan ke Ukraina dan mulai membicarakan tentang perdamaian.

Presiden Lula telah mengusulkan untuk membuat sebuah daftar berisi negara-negara yang tidak terlibat dalam peperangan dan menjadikan mereka sebagai perantara dalam mencapai perdamaian. Dia sudah membahas hal tersebut dengan pemimpin-pemimpin di China dan Uni Emirat Arab, katanya pada media pada Minggu (16/4).

Sebagai respon terhadap ide dari Lula, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan pada media bahwa: "Ide apapun yang memperhitungkan kepentingan Rusia patut diperhatikan, dan tentunya perlu didengarkan."

Berbagai negara dan pemimpin dunia, seperti Presiden China Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Turki Tayyip Erdogan mencoba menempatkan diri mereka sebagai mediator untuk perdamaian, hampir 14 bulan setelah perang itu pecah.

Rusia mengatakan bahwa mereka bersedia untuk berdiskusi, namun menyatakan bahwa ada jalannya sendiri untuk hal itu. Ukraina harus menerima 'kenyataan baru' yang ada di lapangan —termasuk pendudukan empat wilayah Ukraina, yang oleh Ukraina dan Barat disebut sebagai ilegal.

Berkali-kali, Ukraina mengatakan bahwa mereka tidak mau membicarakan soal perdamaian sampai seluruh pasukan Rusia meninggalkan tiap jengkal wilayah Ukraina yang diakui mata internasional. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan bahwa gencatan senjata apapun yang bersifat sementara hanya akan memberi waktu bagi Rusia untuk menyerang kembali.

Pada Selasa (18/4) Bloomberg melaporkan bahwa Macron berusaha bekerja sama dengan China untuk membuat rencana sebagai dasar agar kedua negara berseteru itu mau berbicara satu sama lain.

Kremlin mengatakan bahwa mereka sudah melihat laporan-laporan terkait, namun belum berkomunikasi dengan Prancis tentang hal tersebut. "Kami tidak tahu adanya rencana dari Prancis, kami belum menerima apapun dari Prancis," kata Peskov.

Sumber: Reuters
Baca juga: Brazil tolak permintaan Jerman untuk kirim amunisi tank ke Ukraina
Baca juga: Presiden Brazil: Saya tahu cara menyelesaikan perang Ukraina
Baca juga: Sesalkan invasi Rusia, Brazil dukung DK PBB