Kupang (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur Kementerian Keuangan Catur Ariyanto Widodo mendorong upaya penguatan aksi pengendalian inflasi di provinsi itu bisa lebih terkendali menghadapi momentum Hari Raya Idul Fitri.

"Inflasi di NTT tercatat 1,26 persen secara (mtm/month to month) pada Maret 2023 dan inflasi secara tahunan menjadi sebesar 6,57 persen perlu diwaspadai apalagi menghadapi momentum Idul Fitri ini," katanya dalam konferensi pers terkait Kinerja APBN regional Provinsi NTT di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan kondisi yang perlu diwaspadai khususnya pada momentum Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah ini yaitu peningkatan harga pangan dan keterbatasan stok pangan.

Catur menjelaskan, inflasi pada Maret disebabkan kenaikan indeks harga pada 8 dari 11 kelompok pengeluaran dengan kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi mencapai 3,4 persen dan kelompok makanan, minuman dan tembakau 1,7 persen.

Secara tahunan, andil inflasi gabungan bulan pada Maret adalah kelompok transportasi dengan andil sebesar 2,89 persen, diikuti kelompok makanan dan minuman dengan andil 2,33 persen.

Catur menyebutkan, beras menjadi salah satu komoditas yang memberikan besar pada kenaikan kelompok makanan yaitu sebesar 0,41 persen.

Kondisi inflasi di NTT, kata dia, perlu diwaspadai seiring dengan peningkatan harga pangan dan keterbatasan stok pangan, khususnya pada momentum Idul Fitri.

Ia mengatakan, upaya-upaya menjaga inflasi agar bisa terkendali perlu terus diperkuat oleh semua pihak pemangku kepentingan di NTT agar inflasi bisa ditekan terutama berupa penguatan pasokan agar harga-harga kebutuhan pokok bisa terkendali.

"Pengendalian inflasi perlu terus diperkuat agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat," katanya.