Satriadi menyebutkan bahwa frekuensi kebakaran selama Ramadhan 1444 H periode 23 Maret-17 April 2023 hingga pukul 02.00 WIB sudah tercatat hingga 124 kejadian.
Adapun kejadian kebakaran tersebut, Bangunan Perumahan (BP) menjadi objek yang paling banyak mengalami kebakaran dengan dugaan penyebab korsleting listrik.
Baca juga: Kerugian akibat kebakaran selama Ramadhan di DKI capai Rp14 miliar
Baca juga: Kerugian akibat kebakaran selama Ramadhan di DKI capai Rp14 miliar
Selain itu, penyebab kebakaran lainnya seperti kebocoran instalasi gas dan aktivitas membakar sampah yang dapat menyebabkan objek lainnya terbakar seperti instalasi luar gedung, bangunan umum dan perdagangan, kendaraan, bangunan industri, tumbuhan, dan lainnya yang harus diwaspadai.
Satriadi turut menjelaskan langkah-langkah untuk mengantisipasi kebakaran seperti tidak meninggalkan kompor yang sedang menyala saat memasak dan memastikan kompor dalam keadaan mati saat akan meninggalkan rumah atau saat waktu istirahat.
Kemudian masyarakat perlu memperhatikan instalasi tabung gas yang digunakan untuk memasak, memahami ciri kebocoran gas seperti berbau menyengat dan mengeluarkan bunyi pada saat instalasi.
Baca juga: Rumah mewah di Buaran Regency terbakar
Lalu, melepas regulator dari tabung gas, mencabut steker dari stop kontak jika tidak terpakai, melaporkan kepergian mudik kepada pengurus RT/RW atau keamanan di lingkungan rumah dan menitipkan kunci rumah ataupun hewan peliharaan kepada orang yang dipercaya.
"Bagi warga Jakarta yang memerlukan bantuan petugas pemadaman kebakaran (Damkar) dapat menghubungi Jakarta Siaga 112 (bebas pulsa) atau datang langsung ke Pos Sektor Dinas Gulkarmat di wilayah terdekat jika mengalami atau melihat kondisi darurat," kata Satriadi.
Baca juga: Sebuah rumah di Lenteng Agung terbakar pada Rabu dinihari
Baca juga: Sebuah rumah di Lenteng Agung terbakar pada Rabu dinihari