Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Khartoum, Sudan, untuk memastikan warga negara Indonesia (WNI) di sana tetap aman.

"Kami telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan KBRI Khartoum untuk memastikan WNI kita dalam kondisi baik (di tengah meningkatnya eskalasi konflik bersenjata antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Milisi Paramiliter Rapid Support Forces)," kata Christina, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Di samping itu, lanjutnya, ia meminta KBRI Khartoum untuk melakukan pendataan akurat dan menjamin pemenuhan kebutuhan logistik yang diperlukan WNI yang mayoritas mahasiswa.

Christina menyampaikan bahwa sejauh ini berdasarkan hasil komunikasi dia dengan KBRI Khartoum diketahui tidak ada WNI yang menjadi korban dari konflik tersebut.

Baca juga: Wakil Ketua MPR minta Kemenlu lindungi dan evakuasi WNI di Sudan
Baca juga: Mahasiswa Indonesia di Sudan diungsikan hindari bentrok militer


Berdasarkan data KBRI, jumlah WNI di Sudan tercatat sebanyak 1.209 orang yang didominasi mahasiswa dan terkonsentrasi di seputar International University of Africa.

Christina mengimbau WNI di Sudan mengikuti arahan yang dikeluarkan KBRI.

"Kita berharap WNI di sana agar betul-betul mengikuti arahan yang dikeluarkan KBRI, tetap waspada, tenang, dan mengikuti perkembangan karena belum bisa dipastikan berakhirnya konflik, meskipun info terbaru ada kesepakatan gencatan senjata," ucap dia.

Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Milisi Paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terjadi di Bandara Khartoum, Istana Kepresidenan, dan Markas Militer Sudan. Sejauh ini, jumlah korban meninggal mencapai 56 orang dan 595 orang mengalami luka-luka.

KBRI telah menginformasikan bahwa Wisma Duta Besar Indonesia yang berjarak sekitar 500 meter dari bandara terkena peluru yang memecahkan kaca dan plafon. Meskipun begitu, hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban.