Saham di Asia dibuka hati-hati jelang data pertumbuhan ekonomi China
18 April 2023 10:14 WIB
Arsip foto - Seorang pria mengenakan masker wajah pelindung COVID-19 berdiri di depan papan listrik yang menunjukkan Nikkei (atas di C) dan indeks saham negara lain di luar broker di distrik bisnis di Tokyo, Jepang (4/1/2021). ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/aa.
Sydney (ANTARA) - Pasar saham di Asia berada dalam mode hati-hati pada awal perdagangan Selasa, karena investor global menunggu untuk melihat apakah China mencatat kebangkitan kuartal pertama dari penguncian pandemi yang menyebabkan perlambatan ekonomi besar.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,4 persen, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan sedikit kenaikan. Indeks MSCI masih menguat 1,1 persen sejauh bulan ini.
Jajak pendapat Reuters pekan lalu menemukan pertumbuhan PDB China diperkirakan akan meningkat hingga 4,0 persen pada kuartal pertama dari tahun sebelumnya, dibandingkan 2,9 persen dalam tiga bulan sebelumnya, menurut perkiraan median dari 70 ekonom.
Untuk tahun 2023, pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4 persen, jajak pendapat menunjukkan, dari 3,0 persen tahun lalu yang merupakan salah satu kinerja terburuknya dalam hampir setengah abad akibat pandemi.
Baca juga: Saham Asia dibuka turun tipis di tengah laporan laba AS dan data China
Pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,0 persen tahun ini setelah gagal mencapai target 2022.
Di perdagangan Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 3,5985 persen dibandingkan dengan penutupan AS di 3,591 persen pada Senin (17/4/2023).
Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,1836 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,188 persen.
Indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,37 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang menguat 0,5 persen.
Bank sentral Australia (RBA) mempertimbangkan kenaikan suku bunga untuk ke-11 kalinya pada April sebelum memutuskan untuk berhenti, tetapi siap untuk memperketat lebih lanjut jika inflasi dan permintaan gagal mereda, risalah pertemuan kebijakan RBA pada 4 April menunjukkan.
Baca juga: Saham Asia dibuka naik saat Singapura hentikan pengetatan kebijakannya
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,3 persen menjadi 33.987,18 poin, S&P 500 naik 0,33 persen menjadi 4.151,32 poin dan Komposit Nasdaq bertambah 0,28 persen menjadi 12.157,72 poin.
"Kemungkinan pengetatan lebih lanjut dari kebijakan Federal Reserve mengakibatkan imbal hasil obligasi pemerintah terangkat sementara pasar ekuitas AS relatif lemah," tulis ekonom ANZ pada Selasa.
Dua survei bisnis utama untuk AS yang diterbitkan pada Senin (17/4/2023), termasuk Survei Empire State, menunjukkan kondisi dan sentimen bisnis tetap kuat meskipun terjadi krisis sektor perbankan dan pengetatan kondisi kebijakan moneter.
Dolar datar terhadap yen di 134,45, masih agak jauh dari level tertinggi tahun ini di 137,91 yang dicapai pada Maret.
Mata uang tunggal Eropa datar hari ini di 1,0922 dolar, setelah naik 0,77 persen dalam sebulan, sementara indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 102,09.
Minyak mentah AS naik 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 80,99 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent turun menjadi diperdagangkan di 84,93 dolar AS per barel.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,4 persen, setelah saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan sedikit kenaikan. Indeks MSCI masih menguat 1,1 persen sejauh bulan ini.
Jajak pendapat Reuters pekan lalu menemukan pertumbuhan PDB China diperkirakan akan meningkat hingga 4,0 persen pada kuartal pertama dari tahun sebelumnya, dibandingkan 2,9 persen dalam tiga bulan sebelumnya, menurut perkiraan median dari 70 ekonom.
Untuk tahun 2023, pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4 persen, jajak pendapat menunjukkan, dari 3,0 persen tahun lalu yang merupakan salah satu kinerja terburuknya dalam hampir setengah abad akibat pandemi.
Baca juga: Saham Asia dibuka turun tipis di tengah laporan laba AS dan data China
Pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,0 persen tahun ini setelah gagal mencapai target 2022.
Di perdagangan Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 3,5985 persen dibandingkan dengan penutupan AS di 3,591 persen pada Senin (17/4/2023).
Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,1836 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,188 persen.
Indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,37 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang menguat 0,5 persen.
Bank sentral Australia (RBA) mempertimbangkan kenaikan suku bunga untuk ke-11 kalinya pada April sebelum memutuskan untuk berhenti, tetapi siap untuk memperketat lebih lanjut jika inflasi dan permintaan gagal mereda, risalah pertemuan kebijakan RBA pada 4 April menunjukkan.
Baca juga: Saham Asia dibuka naik saat Singapura hentikan pengetatan kebijakannya
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,3 persen menjadi 33.987,18 poin, S&P 500 naik 0,33 persen menjadi 4.151,32 poin dan Komposit Nasdaq bertambah 0,28 persen menjadi 12.157,72 poin.
"Kemungkinan pengetatan lebih lanjut dari kebijakan Federal Reserve mengakibatkan imbal hasil obligasi pemerintah terangkat sementara pasar ekuitas AS relatif lemah," tulis ekonom ANZ pada Selasa.
Dua survei bisnis utama untuk AS yang diterbitkan pada Senin (17/4/2023), termasuk Survei Empire State, menunjukkan kondisi dan sentimen bisnis tetap kuat meskipun terjadi krisis sektor perbankan dan pengetatan kondisi kebijakan moneter.
Dolar datar terhadap yen di 134,45, masih agak jauh dari level tertinggi tahun ini di 137,91 yang dicapai pada Maret.
Mata uang tunggal Eropa datar hari ini di 1,0922 dolar, setelah naik 0,77 persen dalam sebulan, sementara indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 102,09.
Minyak mentah AS naik 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 80,99 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent turun menjadi diperdagangkan di 84,93 dolar AS per barel.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023
Tags: