Jakarta (ANTARA) - Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI Hasto Kristiyanto meminta Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI untuk mengaktualisasikan pemikiran geopolitik Soekarno.

Menurut Hasto, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, dengan mengaktualisasikan pemikiran geopolitik itu, Lemhannas dapat mendidik para calon pemimpin Indonesia menjadi pemimpin yang memiliki kepercayaan diri kuat dalam membangun bangsa.

“Lemhannas menjadi ruang dan medium penting agar para pemimpin Indonesia berani membuat ide imajinasi untuk masa depan dan bangsa. Di Lemhannas ini, sipil, militer, dan kelompok fungsional atas dasar profesi juga menyatu,” ujar dia.

Hal tersebut disampaikan Hasto saat memberikan kuliah umum sekaligus berdiskusi dengan para peserta PPRA LXV dan PPSA XXIV Lemhannas RI, di Jakarta, Senin.

Lebih lanjut, Hasto menyampaikan pemikiran geopolitik Soekarno yang dibangun oleh para pendiri bangsa saat ini mulai banyak dilupakan.

"Atas dasar hal tersebut, teori geopolitik Soekarno kami konstruksikan secara akademis dengan mixed method multiphase sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara akademis," ujarnya.

Ia lalu mengatakan pula dilupakannya pemikiran geopolitik Soekarno di Tanah Air menyebabkan pelaksanaan politik luar negeri dan pertahanan Indonesia kehilangan daya imajinasi dan spirit di dalam membangun persaudaraan dan kepimpinan dunia.

Padahal, lanjut dia, Indonesia seharusnya memainkan kepemimpinan dunia secara komprehensif yang berbekalkan daya imajinasi tentang tata dunia baru.

“Akibat desoekarnoisasi yang sudah terlalu lama, kita terlalu lama meninggalkan pemikiran geopolitik Soekarno, Hatta, dan para bapak pendiri bangsa lainnya. Kondisi saat ini adalah akumulasi dari berpuluh tahun proses tersebut,” kata Hasto.

Berikutnya, Hasto menyampaikan bahwa pemikiran geopolitik Soekarno bertumpu pada beberapa poin. Di antaranya, ideologi Pancasila untuk bertujuan membangun tata dunia baru. Kedua, bertumpu pada nilai penting menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip koeksistensi damai, serta berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat, dan berkeadilan.

Menurut Hasto, untuk bisa mewujudkan teori tersebut di dalam praktik pemerintahan Indonesia, diperlukan perubahan mentalitas dan kepemimpinan nasional. Ia menekankan Lemhannas memiliki posisi serta peran penting dalam mengubah kepemimpinan nasional.

Baca juga: Sekjen PDIP sebut Megawati berperan tentukan capres di Pilpres 2024

Baca juga: Hasto: PDI Perjuangan adalah rumah kebangsaan bagi siapapun