Masyarakat Indonesia pertahankan tradisi beli baju baru untuk lebaran
15 April 2023 02:16 WIB
Perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia tidak hanya soal menyiapkan berbagai hidangan spesial, seperti ketupat dan opor ayam, tetapi juga berkaitan dengan tradisi membeli baju baru yang telah begitu mengakar.
Jakarta (ANTARA) -
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat di Indonesia tetap mempertahankan tradisi membeli baju baru untuk dikenakan pada perayaan Idul Fitri.
Salah satunya, Arini Khazanatus Zahra (24), seorang pegawai swasta, sibuk mencari pakaian baru untuk dirinya dan keluarganya yang akan dikenakan untuk lebaran.
"Pakaian yang saya cari adalah pakaian yang nyaman dipakai. Bahannya harus lembut, dan yang terpenting untuk kami semua, termasuk orang tua, kakak, dan adik harus memakai warna yang sama. Desain pakaian boleh berbeda, tetapi setidaknya warnanya harus sama," kata Arini di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Mengenakan baju baru pada Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi bagi Arini dan keluarganya sejak dirinya masih kecil.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia tidak hanya soal menyiapkan berbagai hidangan spesial, seperti ketupat dan opor ayam, tetapi juga berkaitan dengan tradisi membeli baju baru yang telah begitu mengakar. Banyak yang mengatakan bahwa kebiasaan ini sudah menjadi norma budaya di Indonesia.
Menurut Arini, merayakan Lebaran tidak akan lengkap tanpa membeli baju baru.
Perempuan yang merupakan penggemar fesyen Muslim itu mengaku tidak sembarangan dalam memilih warna karena dirinya ingin selalu mengikuti tren warna.
"Tahun ini banyak industri fesyen yang menawarkan tren warna yang berani dan cerah, antara lain lilac, mustard, dan electric blue. Sayalah yang paling modis di keluarga saya, jadi anggota keluarga yang lain hanya mengikuti pilihan saya," kata warga Jakarta Timur itu.
Tak jauh berbeda dengan Arini, Adisti Syafitri (26), juga mengikuti tren busana Muslim selama bertahun-tahun, khususnya saat Lebaran. Dia selalu menyukai warna-warna bumi yang hangat.
"Tahun ini, saya berencana mengenakan blus panjang berwarna abu-abu lilac dengan beberapa brokat metalik dan hijab berwarna merah maroon. Dan sekarang saya masih mencari sepatu yang pas untuk dipadukan dengan pakaian saya," katanya.
Perancang busana Muslim Indonesia Khanaan Shamlan mengatakan bahwa tren busana Lebaran tahun ini cenderung sederhana dan tidak berlebihan.
"Karena semakin banyak orang lebih memilih untuk membeli pakaian baru yang juga bisa dipakai untuk acara-acara lain, tidak hanya untuk Lebaran saja," ujar Khanaan.
Khanaan menuturkan bahwa beberapa tahun lalu, busana Lebaran identik dengan bahan-bahan yang berat dengan banyak hiasan renda.
Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang semakin menyadari pentingnya memilih pakaian dengan bahan yang lebih ringan agar nyaman dipakai sepanjang hari.
Bagi banyak orang, mengenakan pakaian baru merupakan bagian dari ibadah.
Dalam memilih busana Lebaran, Adisti mengaku tidak terlalu memperhatikan warna, tetapi yang pasti, apa yang dipakai dari kepala hingga ujung kaki harus serba baru.
"Ayah saya selalu mengatakan bahwa kita harus memakai pakaian terbaik kita saat Lebaran. Sebenarnya, 'terbaik' tidak harus berarti 'baru', tetapi biasanya kita menganggap pakaian terbaik kita adalah pakaian yang baru. Selama kita mampu membeli baju baru, kenapa tidak?" kata Adisti, yang merupakan seorang mahasiswa pascasarjana di sebuah universitas swasta di Jakarta.
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo, mengatakan bahwa fenomena membeli baju baru untuk Lebaran di Indonesia memiliki makna religius dan kultural.
Umat Muslim yang merayakan Idul Fitri dianggap berhasil "membersihkan" diri selama bulan puasa Ramadan, kata Imam, dan sebagai imbalannya, mereka menerima pengampunan dari Tuhan dan terlahir kembali dengan jiwa yang lebih bersih.
"Hari Raya Idul Fitri, yang melibatkan tradisi saling meminta dan memberi maaf, serta dilambangkan dengan mengenakan pakaian baru sebagai lambang kelahiran kembali ke dunia dengan diri yang lebih bersih," kata Prasodjo.
Oleh karena itu, wajar jika kita melihat masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke atas, berbondong-bondong membeli banyak baju baru untuk hari besar tersebut, ujarnya.
Pemerintah juga mendorong masyarakat membeli barang-barang baru untuk merayakan hari Lebaran.
Bulan lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memerintahkan semua kepala daerah di seluruh Indonesia untuk mendorong masyarakat untuk berbelanja, membelanjakan uang sebanyak yang mereka mampu dan meningkatkan konsumsi rumah tangga, khususnya menjelang Lebaran, guna membantu menggerakkan perekonomian nasional.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat di Indonesia tetap mempertahankan tradisi membeli baju baru untuk dikenakan pada perayaan Idul Fitri.
Salah satunya, Arini Khazanatus Zahra (24), seorang pegawai swasta, sibuk mencari pakaian baru untuk dirinya dan keluarganya yang akan dikenakan untuk lebaran.
"Pakaian yang saya cari adalah pakaian yang nyaman dipakai. Bahannya harus lembut, dan yang terpenting untuk kami semua, termasuk orang tua, kakak, dan adik harus memakai warna yang sama. Desain pakaian boleh berbeda, tetapi setidaknya warnanya harus sama," kata Arini di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.
Mengenakan baju baru pada Hari Raya Idul Fitri sudah menjadi tradisi bagi Arini dan keluarganya sejak dirinya masih kecil.
Perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di Indonesia tidak hanya soal menyiapkan berbagai hidangan spesial, seperti ketupat dan opor ayam, tetapi juga berkaitan dengan tradisi membeli baju baru yang telah begitu mengakar. Banyak yang mengatakan bahwa kebiasaan ini sudah menjadi norma budaya di Indonesia.
Menurut Arini, merayakan Lebaran tidak akan lengkap tanpa membeli baju baru.
Perempuan yang merupakan penggemar fesyen Muslim itu mengaku tidak sembarangan dalam memilih warna karena dirinya ingin selalu mengikuti tren warna.
"Tahun ini banyak industri fesyen yang menawarkan tren warna yang berani dan cerah, antara lain lilac, mustard, dan electric blue. Sayalah yang paling modis di keluarga saya, jadi anggota keluarga yang lain hanya mengikuti pilihan saya," kata warga Jakarta Timur itu.
Tak jauh berbeda dengan Arini, Adisti Syafitri (26), juga mengikuti tren busana Muslim selama bertahun-tahun, khususnya saat Lebaran. Dia selalu menyukai warna-warna bumi yang hangat.
"Tahun ini, saya berencana mengenakan blus panjang berwarna abu-abu lilac dengan beberapa brokat metalik dan hijab berwarna merah maroon. Dan sekarang saya masih mencari sepatu yang pas untuk dipadukan dengan pakaian saya," katanya.
Perancang busana Muslim Indonesia Khanaan Shamlan mengatakan bahwa tren busana Lebaran tahun ini cenderung sederhana dan tidak berlebihan.
"Karena semakin banyak orang lebih memilih untuk membeli pakaian baru yang juga bisa dipakai untuk acara-acara lain, tidak hanya untuk Lebaran saja," ujar Khanaan.
Khanaan menuturkan bahwa beberapa tahun lalu, busana Lebaran identik dengan bahan-bahan yang berat dengan banyak hiasan renda.
Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang semakin menyadari pentingnya memilih pakaian dengan bahan yang lebih ringan agar nyaman dipakai sepanjang hari.
Bagi banyak orang, mengenakan pakaian baru merupakan bagian dari ibadah.
Dalam memilih busana Lebaran, Adisti mengaku tidak terlalu memperhatikan warna, tetapi yang pasti, apa yang dipakai dari kepala hingga ujung kaki harus serba baru.
"Ayah saya selalu mengatakan bahwa kita harus memakai pakaian terbaik kita saat Lebaran. Sebenarnya, 'terbaik' tidak harus berarti 'baru', tetapi biasanya kita menganggap pakaian terbaik kita adalah pakaian yang baru. Selama kita mampu membeli baju baru, kenapa tidak?" kata Adisti, yang merupakan seorang mahasiswa pascasarjana di sebuah universitas swasta di Jakarta.
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo, mengatakan bahwa fenomena membeli baju baru untuk Lebaran di Indonesia memiliki makna religius dan kultural.
Umat Muslim yang merayakan Idul Fitri dianggap berhasil "membersihkan" diri selama bulan puasa Ramadan, kata Imam, dan sebagai imbalannya, mereka menerima pengampunan dari Tuhan dan terlahir kembali dengan jiwa yang lebih bersih.
"Hari Raya Idul Fitri, yang melibatkan tradisi saling meminta dan memberi maaf, serta dilambangkan dengan mengenakan pakaian baru sebagai lambang kelahiran kembali ke dunia dengan diri yang lebih bersih," kata Prasodjo.
Oleh karena itu, wajar jika kita melihat masyarakat, terutama dari kalangan menengah ke atas, berbondong-bondong membeli banyak baju baru untuk hari besar tersebut, ujarnya.
Pemerintah juga mendorong masyarakat membeli barang-barang baru untuk merayakan hari Lebaran.
Bulan lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memerintahkan semua kepala daerah di seluruh Indonesia untuk mendorong masyarakat untuk berbelanja, membelanjakan uang sebanyak yang mereka mampu dan meningkatkan konsumsi rumah tangga, khususnya menjelang Lebaran, guna membantu menggerakkan perekonomian nasional.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023
Tags: