New York (ANTARA) - Seluruh aksi pembunuhan massal paling mematikan di Amerika Serikat (AS) sejak insiden 9/11 memiliki satu ciri khas yang sama: pelaku dalam setiap kasus menggunakan senjata gaya serbu atau senjata api yang dilengkapi magasin berkapasitas tinggi, demikian dilansir media AS The Atlantic pada Rabu (12/4).
Kasus serupa kembali terjadi pada Senin (10/4), dalam insiden penembakan di sebuah bank di Kentucky yang menewaskan lima orang, dan dalam penembakan belum lama ini di sebuah sekolah dasar di Nashville, Tennessee, yang menewaskan enam orang, termasuk tiga anak berusia 9 tahun, ungkap laporan itu.
"Namun tetap saja, negara gagal mengadopsi kebijakan yang diperlukan untuk mencegah agar senjata ini tidak dapat diakses oleh para oknum yang akan menyalahgunakannya," menurut laporan itu. "Pada tingkat yang paling nyata, penembakan massal adalah masalah serius dan semakin memburuk yang sangat membebani masyarakat."
"Namun, masalah ini juga mengungkap hal lain: aib nasional yang menyoroti ketidakmampuan sistem politik Amerika untuk mengadopsi berbagai strategi kebijakan publik populer yang bersama-sama dapat mengurangi tingkat prevalensi dan destruksi dari peristiwa ini secara substansial," lanjut laporan itu.
Lobi senjata menantang setiap undang-undang keamanan senjata penting di seluruh Amerika Serikat, dengan keyakinan bahwa anggota Partai Republik di Mahkamah Agung akan melindungi hak untuk menjual senjata mematikan kepada sebanyak mungkin warga Amerika, tambah laporan tersebut, demikian Xinhua.
Atlantic: AS tak mampu perbaiki masalah kekerasan senjata api
14 April 2023 18:49 WIB
Unjuk rasa di Amerika Serikat. ANTARA/ Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: