Singapura (ANTARA) - Harga minyak jatuh di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah naik dua sesi berturut-turut, dengan investor masih menunjukkan kekhawatiran atas kemungkinan resesi AS dan permintaan minyak yang melemah.

Minyak mentah berjangka Brent turun 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 87,01 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT; sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 22 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 83,04 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan naik sekitar dua persen pada Rabu (12/4/2023) ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan karena data inflasi AS yang mendingin mendorong harapan bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga.

Namun, pengetatan sebelumnya, yang telah mengangkat suku bunga ke level tertinggi sejak 2007, meningkatkan kekhawatiran bahwa fokus Fed untuk menghentikan inflasi dapat berakhir dengan menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak di masa depan di pengguna minyak terbesar di dunia itu.

"Pembicaraan tentang kemungkinan resesi AS yang disorot dalam risalah Fed baru-baru ini terus mempertanyakan prospek permintaan minyak, yang ditiadakan oleh kondisi pasokan yang lebih ketat untuk saat ini," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen bulan lalu, di bawah ekspektasi para ekonom untuk kenaikan 0,2 persen, dan turun dari kenaikan 0,4 persen pada Februari, meningkatkan ekspektasi bahwa Fed kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga setelah kemungkinan kenaikan pada Mei.

Staf The Fed yang menilai potensi kejatuhan dari tekanan perbankan memproyeksikan "resesi ringan" akhir tahun ini.

"Reli telah berakhir karena kekhawatiran kemungkinan resesi AS akan melemahkan permintaan minyak mentah," kata Toshitaka Tazawa, seorang analis di Fujitomi Securities Co Ltd.

"WTI naik di atas 83 dolar AS per barel, mendekati batas teknis tertinggi sejak Desember lalu, yang juga mendorong rasa kehati-hatian di kalangan investor," katanya.

Pasar pada Rabu (12/4/2023) mengabaikan peningkatan kecil dalam stok minyak mentah AS, menghubungkannya sebagian dengan pelepasan minyak yang diamanatkan kongres dari cadangan darurat AS dan ekspor yang lebih rendah pada awal bulan.

Persediaan minyak mentah AS naik 597.000 barel pada minggu lalu, Badan Informasi Energi mengatakan pada Rabu (12/4/2023), dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 600.000 barel. Stok bensin dan sulingan turun kurang dari yang diharapkan.

Pemerintahan Biden berencana untuk segera mengisi kembali cadangan minyak strategis AS, dan berharap untuk mengisinya kembali dengan harga minyak lebih rendah yang menguntungkan pembayar pajak selama sisa tahun ini, kata Menteri Energi AS Jennifer Granholm pada Rabu (12/4/2023). Namun, pasar minyak terangkat lebih tinggi dua minggu lalu setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia setuju untuk membatasi produksi.

Akibatnya, pasar minyak global dapat mengalami pengetatan pada paruh kedua tahun 2023, yang akan mendorong harga lebih tinggi, kata Fatih Birol, direktur eksekutif Badan Energi Internasional.


Baca juga: Minyak turun di awal sesi Asia, investor waspadai kekhawatiran resesi
Baca juga: Rubel Rusia melemah terhadap dolar karena permintaan valas yang kuat
Baca juga: Minyak menguat didorong data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan