Jakarta (ANTARA) - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo mencatatkan efisiensi dan optimalisasi kerja perusahaan senilai Rp1,3 triliun pasca merger.

"Capaian ini merupakan cerminan manfaat dari penggabungan Pelindo yang hanya dapat diperoleh melalui sinergi antarentitas Pelindo Group, sehingga pengelolaan segenap sumber daya perusahaan dapat dilakukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang maksimal,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono saat acara media gathering, di Jakarta, Rabu.

Capaian itu sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial Pelindo, di antaranya optimalisasi pembiayaan, relokasi aset, dan implementasi pengadaan bersama, yang mewujudkan kapasitas finansial yang lebih kuat sekaligus optimalisasi aset yang terintegrasi.

Ia menjelaskan dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standarisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antarpelabuhan.

Beberapa sistem yang distandarisasi ialah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non peti kemas, dan Phinisi untuk layanan kapal.

"Transformasi tersebut telah mendatangkan benefit untuk berbagai pihak. Bagi Pelindo sendiri misalnya, terjadi peningkatan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, peningkatan kompetensi dan knowledge," ujar Arif.

Sedangkan bagi pelanggan, dengan adanya pengurangan port stay dan cargo stay dapat membantu pada penghematan biaya sewa dan operasional kapal bagi perusahaan shipping line yang pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim.

Salah satu hasil nyata merger Pelindo tersebut di bidang operasional, yakni adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan, di mana peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay (waktu sandar kapal di pelabuhan) yang diukur dengan jumlah hari.

Pelindo mencontohkan di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum. Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari.

Kemudian, di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari. Lalu, di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon, kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum.

Secara keseluruhan, Pelindo mencatat peningkatan produktivitas operasional mulai tercermin pada kinerja tahun 2022, di antaranya arus peti kemas tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan 9 persen, arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat 1 persen, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86 persen dibandingkan periode yang sama.
Baca juga: Erick Thohir: Merger Pelindo perkuat ekosistem logistik nasional
Baca juga: Pelindo klaim ciptakan finansial lebih kuat pasca merger