Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya menanamkan karakter anti perundungan (bullying) kepada 38 siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini Sekolah Alternatif Anak Jalanan (Saaja) Kampung Pemulung di Jakarta Selatan lewat dongeng.

"Kami menyadari bahwa masa depan generasi muda ke depan memang sangat tergantung kepada pendidikan," kata General Manager PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) UID Jakarta Raya Doddy B Pangaribuan kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Sejak didirikan pada 2001, Saaja di Jalan H Achmad Bakrie berupaya membangun karakter anak-anak yang kurang mampu di wilayah Setiabudi, Jakarta Selatan, itu agar menjadi generasi unggul.
​​​​​​
Baca juga: PLN UID Jakarta Raya perkenalkan listrik kepada murid Sekolah Darurat

Selain mendidik 38 siswa-siswi PAUD, Saaja juga menyediakan bimbingan belajar bagi anak sekolah tingkat menengah usia 13-16 tahun setiap Sabtu dan Minggu dengan jumlah 90 orang.​​​​​​​

"Karena itu, kami juga membawa pendongeng untuk mengenalkan 'bullying' pada sehingga tidak melakukan 'bullying' kepada teman-temannya," kata Doddy.

Untuk mendukung kegiatan literasi, pegawai PLN UID Jakarta Raya juga membagikan sejumlah buku cerita, fasilitas jam dinding dan peralatan sekolah. Selain itu alat tulis ​​​​yang
dikumpulkan secara sukarela dari donasi pegawai PLN UID Jakarta Raya.

Dari seluruh pegawai PLN UID Jakarta Raya yang terkumpul sebanyak 2.141 buku dari 1.394 pegawai. Buku-buku tersebut rencananya diberikan ke 18 TK/PAUD yang tersebar di wilayah kerja PLN UID Jakarta Raya, salah satunya di Saaja.

Menurut pendongeng Iki Yosan, dongeng bisa membangkitkan imajinasi melalui sisipan pesan-pesan moral kebaikan yang disampaikan. "Istilahnya, menasihati tanpa rasa menggurui, karena menyenangkan," kata pendongeng yang akrab disapa Kak Iki itu.

Baca juga: PLN DKI hadirkan gardu induk tanpa operator untuk tingkatkan efisiensi

Iki sudah dua kali diajak PLN UID Jakarta Raya untuk ikut dalam kegiatan literasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu kepada anak-anak.

Dalam prosesnya, Iki menggunakan pemutar musik untuk memperdengarkan suara-suara yang bisa membawa anak ke dalam suasana yang dibangun dalam cerita.

Iki juga mempersilakan anak-anak untuk maju ke depan kelas untuk bertanya maupun mengungkapkan kesannya terhadap cerita yang disampaikan.

Anak-anak usia 4-6 tahun di Saaja pun merasa terhibur. Pembina Saaja Agus Supriyanto mengatakan, kegiatan PLN UID Jakarta Raya itu bermanfaat dan mendukung pembangunan karakter budi yang baik bagi anak-anak yang mereka didik.