Jakarta (ANTARA News) - Dewan Nasional Perubahan Iklim tetap yakin Indonesia bisa membuka pasar karbon sebesar-besarnya karena potensi yang dimiliki Indonesia cukup besar.




"Potensi besar sekali, market juga ada. Manfaat dari berdagang karbon banyak sekali karena bisa mendapatkan uang," ujar Ketua Harian DNPI Rachmat Witoelar di Jakarta, Kamis.




Koordinator Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon DNPI Dicky Edwin Hindarto menyatakan sudah banyak contoh perdagangan karbon yang berhasil.




Ia menjelaskan selama ini sudah ada 209 proyek pasar karbon, 94 diantaranya terdaftar dan 26 lainnya sudah di issued.




"Hampir semua proyek itu non kehutanan, dan hanya satu proyek dari kehutanan," ujar dia.




Proyek kehutanan tersebut yaitu penanaman hutan bakau di Sumatera Utara dan Aceh oleh Yayasan Gajah Sumatera seluas 2000 hektar.




Sementara untuk non kehutanan bisa dilakukan beberapa aksi penghematan energi seperti pengembangan geothhermal, biogas, pengurangan limbah sawit dan penghematan air.




Meskipun belum ada perkiraan keuntungan dana yang didapat dari penjualan karbon, Ia menilai potensi karbon cukup besar seperti Australia menetapkan harga karbon 23 dolar per 20 ton.




"Tapi tidak bisa dipastikan berapa harganya, pasar karbon fluktuasinya sangat cepat, tergantung isu yang sedang berkembang."




Sementara itu, Staf Ahli Divisi Mekanisme Perdagangan Karbon, Andi Samyanugraha mengatakan Indonesia berpotensi menghasilkan 25 juta ton karbon per satu periode.




"Potensi memang besar, namun keputusan untuk membuka pasar karbon ataupun tidak itu tergantung, bisa juga bisnis to bisnis. Kita tidak bisa larang." (tri)