Mereka mengatakan luasnya topik yang dibahas dalam dokumen-dokumen itu, termasuk konflik Ukraina, China, dan Timur Tengah, menjadi bukti bahwa sumber kebocoran adalah orang Amerika.
"...ini adalah pembocoran oleh AS, karena kebanyakan dari dokumen-dokumen itu hanya dipegang oleh AS," kata Michael Mulroy, mantan pejabat senior Pentagon (Departemen Pertahanan AS), saat wawancara dengan Reuters.
Para pejabat AS juga mengatakan penyelidikan itu masih pada tahap awal dan para penyelidik tidak mengesampingkan kemungkinan elemen-elemen pro-Rusia terlibat.
Kebocoran itu dianggap sebagai sebagai salah satu pelanggaran keamanan paling serius sejak 2013, ketika lebih dari 700.000 dokumen, video, dan pesan-pesan diplomatik muncul di situs WikiLeaks.
Kedutaan Besar Rusia di Washington dan kantor Presiden Rusia (Kremlin) belum berkomentar.
Setelah kebocoran itu terungkap, Reuters telah melihat lebih dari 50 dokumen berlabel "Rahasia" dan "Sangat Rahasia".
Dokumen-dokumen itu pertama kali muncul bulan lalu di berbagai platform media sosial, dimulai dengan Discord dan 4Chan.
Meski beberapa dokumen telah diunggah beberapa pekan lalu, kebocoran itu pertama kali dilaporkan oleh New York Times pada Jumat (7/4).
Reuters belum dapat memverifikasi keaslian dokumen-dokumen tersebut secara independen.
Sejumlah perkiraan angka korban di medan perang Ukraina tampaknya telah diubah untuk meminimalkan kekalahan di pihak Rusia.
Tidak jelas kenapa sebuah dokumen ditandai "unclassified" (tidak diklasifikasikan sebagai rahasia) tetapi isinya mencakup informasi rahasia.
Beberapa dokumen ditandai dengan "NOFORN," artinya tidak boleh diberikan kepada warga asing.
Dua pejabat AS kepada Reuters pada Minggu (9/4) mengatakan mereka tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa dokumen-dokumen itu telah direkayasa.
Tindakan seperti itu kemungkinan dilakukan untuk menyesatkan penyelidikan soal asal-usul dokumen atau untuk menyebarkan informasi palsu yang bisa membahayakan kepentingan keamanan AS.
Lewat pernyataan pada Minggu, Pentagon mengatakan mereka sedang memeriksa validitas dokumen berbentuk foto yang "tampaknya berisi materi sensitif dan sangat rahasia".
Salah satu dokumen, yang bertanggal 23 Februari dan bertanda "Rahasia", memerinci bagaimana sistem pertahanan udara S-300 Ukraina akan kehabisan amunisi pada 2 Mei.
Informasi rahasia seperti itu bisa sangat berguna bagi pasukan Rusia.
Ukraina mengatakan bahwa presiden dan para petinggi keamanannya pada Jumat membahas cara mencegah kebocoran.
Sebuah dokumen lain ditandai "Sangat Rahasia" dan berasal dari informasi intelijen CIA pada 1 Maret.
Dokumen itu menyebutkan bahwa badan intelijen Israel Mossad mendorong aksi protes terhadap rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memperketat kendali Mahkamah Agung.
Dikatakan pula bahwa AS mengetahui informasi tersebut lewat intelijen dan hal itu membuktikan bahwa Washington telah memata-matai Israel, salah satu sekutu AS paling penting di Timur Tengah.
Dalam pernyataan pada Minggu, kantor Netanyahu menyebut pernyataan dalam dokumen itu "tak masuk akal dan tanpa dasar".
Dokumen lain mengungkapkan diskusi internal para pejabat senior Korea Selatan yang membahas tekanan AS terhadap Seoul untuk membantu memasok senjata ke Ukraina, dan bagaimana Korsel menolak melakukannya.
Seorang pejabat kepresidenan Korsel pada Minggu mengatakan bahwa Seoul mengetahui kebocoran dokumen itu dari media dan berencana mendiskusikan "isu-isu yang muncul" dengan Washington.
Kubu oposisi Korsel menyebut kebocoran dokumen itu sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan kegagalan besar pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol di bidang keamanan.
Dua pejabat AS yang berbicara secara anonim mengatakan, meski ada kekhawatiran tentang kebocoran itu di Pentagon dan badan-badan intelijen, dokumen-dokumen tersebut menunjukkan waktu lebih dari sebulan lalu--bukan baru-baru ini.
Mereka juga mengatakan bahwa militer dan badan-badan intelijen sedang mencermati seberapa luas beberapa informasi intelijen dibagikan secara internal.
Pihak berwenang sedang menyelidiki apa motivasi di balik kebocoran informasi sensitif semacam itu, kata seorang pejabat kepada Reuters.
Dia mengatakan para penyelidik tengah menganalisis empat atau lima kemungkinan, mulai dari pegawai yang tidak puas hingga ancaman dari orang dalam, yang secara aktif ingin merusak kepentingan keamanan nasional AS.
Departemen Kehakiman AS telah membuka penyelidikan kriminal.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korsel akan bahas risiko akibat kebocoran dokumen militer bersama AS
Baca juga: Rusia sebut AS terlibat dalam penelitian biologi militer di Ukraina