Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Selasa, memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75 persen, yang dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014 yakni 3,5 - 5,5 persen.

Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Humas BI Dody Budi Waluyo mengatakan evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh baik dengan stabilitas yang terjaga.

Ke depan, dengan mencermati risiko perekonomian global, Dewan Gubernur akan memperkuat kebijakan untuk mengelola keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta dukungan koordinasi dengan Pemerintah akan mampu menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dewan Gubernur mencatat bahwa perekonomian dunia tahun 2012 tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Eropa mengalami kontraksi terkait dengan berlarut-larutnya penyelesaian krisis di kawasan tersebut.

Sementara itu, ekonomi AS tumbuh cukup baik meskipun dibayangi kekhawatiran terhadap ancaman jurang fiskal (fiscal cliff). Di kawasan Asia, China dan India, sebagai mitra dagang utama Indonesia, juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas yang turun cukup tajam menyebabkan tekanan inflasi global menurun. Sejalan dengan itu, respons kebijakan negara-negara maju dan juga beberapa negara emerging markets secara umum masih cenderung akomodatif.

Pada tahun 2013 dan 2014, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi dan harga komoditas dunia juga akan mengalami kenaikan.

Dewan Gubernur menilai bahwa perekonomian Indonesia tahun 2012 tumbuh cukup baik. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 diprakirakan sekitar 6,2 persen sehingga keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar 6,3 persen.

Kinerja pertumbuhan ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan investasi, sementara penurunan kinerja ekspor masih berlanjut.

Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat didorong oleh tetap kuatnya permintaan domestik serta peningkatan ekspor seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global dan perbaikan harga komoditas internasional.

Aktivitas ekonomi yang meningkat juga akan didorong oleh persiapan pemilu dan daya beli yang membaik.

Di sisi lain, investasi tetap kuat seiring dengan iklim usaha yang kondusif dan optimisme terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia.

(D012/B008)