Menurut dia, apabila manajemen perusahaan BUMN melakukan tindakan penyelewengan, biasanya langkahnya diikuti para karyawannya. Pada akhirnya, tindakan tersebut lambat laun tercium pihak lain yang juga berkeinginan memanfaatkannya.
"Kalau memang di dalam ada orang yang bermain dan kelihatan orang luar, maka orang luar juga ingin bermain di perusahaan BUMN. Hal ini sangat gampang untuk dilakukan," tegasnya. Dia tidak mengungkap siapa yang dimaksud dengan "orang luar" dan "yang bermain" itu.
"Sikap ini biasanya terlihat pada perusahaan BUMN yang tidak berkembang seperti PT Djakarta Lloyd, PT Istaka Karya Persero, dan Perum Damri," katanya.
Ia menyebutkan, ketiga perusahaan itu tidak diintervensi pihak manapun, melainkan manajemen perusahaan tersebut yang memanfaatkan perusahaannya untuk kepentingan diri sendiri.
"Kalau manajemen bukan hanya direksi saja, tetapi bisa juga bawahannya yang membuka celah dan mengundang tanda tanya orang lain, bahkan membuka aib perusahaan BUMN-nya sendiri. Maka menjadi pertanyaan bagi pihak-pihak lain dan dijadikan ajang pemanfaatan," tegasnya.
Oleh sebab itu, ia mengharapkan jajaran direksi BUMN harus kompak sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi perusahaan serta bersama-sama membesarkan perusahaannya.