Project STOP serahkan pengelolaan sampah sirkular ke Pemkab Pasuruan
6 April 2023 20:08 WIB
Warga Kabupaten Pasuruan terlibat dalam pengelolaan sampah yang sirkular dan efektif demi menekan kebocoran sampah ke lingkungan. (ANTARA/HO/Project STOP/End)
Malang (ANTARA) - Project Stop Ocean Plastics (STOP) menyerahkan pengelolaan program persampahan yang sirkular dan efektif kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan untuk dikelola secara mandiri oleh pemerintah dan masyarakat.
“Kami bermitra dengan Project STOP Pasuruan sejak 2019. Kerja sama ini untuk menyediakan sistem persampahan yang sirkular dan dapat diakses oleh masyarakat," kata Bupati Pasuruan H. M. Irsyad Yusuf di sela serah terima pengelolaan sistem persampahan sirkular dan efektif seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengaku senang dengan adanya kolaborasi multi-pihak yang dijalankan oleh pemerintah daerah untuk mempromosikan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan yang menguntungkan secara ekonomi dan menyediakan peluang kerja baru bagi masyarakat setempat.
Acara serah terima pengelolaan program secara mandiri oleh Pemkab Pasuruan tersebut dilangsungkan di pendopo Kabupaten Pasuruan untuk merayakan otonomi pengelolaan sampah di Lekok dan Nguling dengan para pemangku kepentingan di tingkat daerah, pusat, dan internasional.
Diluncurkan pada tahun 2017 oleh Borealis dan Systemiq, Project STOP bekerja sama dengan sejumlah daerah di Indonesia untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sirkular dan efektif.
Didukung oleh sektor industri dan mitra pemerintah, Project STOP bertujuan untuk mencapai nol kebocoran sampah ke lingkungan, mendaur ulang lebih banyak plastik, membangun program yang berkelanjutan secara ekonomi, dan berkontribusi pada ekonomi serta kesehatan masyarakat setempat.
Partisipasi masyarakat merupakan jantung dari program tersebut. Hingga saat ini, Project STOP Pasuruan telah menjangkau lebih dari 132.000 individu melalui layanan pengangkutan sampah, serta melakukan komposting dan daur ulang sampah di dua fasilitas TPS3R.
Tiap TPS3R memiliki kapasitas 25 ton per hari, dengan biaya sistem penuh mencapai 39 dolar AS/ton di Kecamatan Lekok dan 35 dolar AS/ton di Kecamatan Nguling, Pasuruan, menciptakan 120 lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan mengumpulkan lebih dari 5.000 ton sampah, termasuk diantaranya 700 ton plastik.
Baca juga: DLH Rejang Lebong optimalkan pengelolaan sampah organik
Sementara itu, Dirjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Vivien Rosa Ratnawati mengatakan pemerintah Indonesia mengapresiasi kolaborasi multi-pihak, peran, dan kontribusi Project STOP, Nestlé, Systemiq, Pemerintah Daerah, dan pihak lainnya atas peran aktif mereka dalam mendukung pemerintah untuk menciptakan ekonomi sirkular dan menemukan solusi pengelolaan sampah yang menyejahterakan masyarakat.
"Saya berharap inisiatif serupa dapat menginspirasi pihak lain," ucap Vivien.
CEO Borealis, Thomas Gangl mengaku bahwa Project STOP sangat dekat dengan dirinya. "Project STOP sangat dekat di hati kami. Sejak pertama kali didirikan dan diprakarsai bersama mitra kami Systemiq,” kata Thomas.
Ia mengatakan bisa menyerahkan program kemitraan ini dengan pemerintah daerah membuat dirinya sangat gembira.
Setelah Project STOP Muncar, kini Project STOP Pasuruan telah bertumbuh dan mandiri secara ekonomi. "Kami merayakan pencapaian ini bersama dengan semua mitra kami, dan berharap untuk melanjutkan kesuksesan program penting ini," ucapnya.
Direktur Program Project STOP di Systemiq, Mike Webster mengatakan pengelolaan sampah yang layak membutuhkan upaya terus-menerus dan kontribusi signifikan dari semua pihak terkait dan sangat penting dilakukan untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Kami sangat bersyukur atas kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Pasuruan, para mitra, dan penyandang dana. Sungguh luar biasa dapat menyerahkan sistem pengelolaan sampah yang sudah mapan ini kepada pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga mereka dapat melanjutkan upaya di lapangan," katanya.
Baca juga: Vokasi UI-Plasticpay dan BSI kerja sama pengelolaan sampah
Sementara itu, Nestlé merupakan perusahaan makanan dan minuman pertama yang bergabung dengan Project STOP sebagai mitra strategis dan penyandang dana utama dalam kemitraan di Pasuruan, bersama dengan Siegwerk, salah satu penyedia tinta cetak dan pelapis global terkemuka.
Janathanan Nallasura, Presiden Direktur di Siegwerk, mengaku bahwa dirinya merasa terhormat untuk mendukung Pasuruan.
"Kami percaya kesuksesan ini dapat direplikasi. Pendekatan lintas sektor dalam pengelolaan sampah sangat penting untuk dilakukan dalam memastikan keberlanjutan sistem. Upaya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya komitmen yang kuat dari pemerintah di Indonesia dan Pasuruan, termasuk masyarakat,” ujarnya.
Janathan mengaku tergerak dengan komitmennya dalam mendukung sirkularitas melalui Project STOP dan mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pemangku kepentingan untuk mengatasi sampah dan menuju sirkular.
“Visi kami adalah tidak ada sampah plastik yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun mencemari lingkungan. Nestlé sangat bangga mendukung Project STOP untuk mencapai kemandirian dan menjaga kemasan bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan kembali serta residu agar tidak mencemari alam," kata Prawitya Soemadijo, Direktur Sustainability Nestlé.
Kolaborasi ini juga mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target 70 persen penanganan sampah dengan benar.
Baca juga: Bappenas apresiasi pengelolaan sampah melalui TOSS di Ende
Baca juga: Program "Kudus Asik" BLDF kelola sampah organik diapresiasi pemerintah
“Kami bermitra dengan Project STOP Pasuruan sejak 2019. Kerja sama ini untuk menyediakan sistem persampahan yang sirkular dan dapat diakses oleh masyarakat," kata Bupati Pasuruan H. M. Irsyad Yusuf di sela serah terima pengelolaan sistem persampahan sirkular dan efektif seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Ia mengaku senang dengan adanya kolaborasi multi-pihak yang dijalankan oleh pemerintah daerah untuk mempromosikan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan yang menguntungkan secara ekonomi dan menyediakan peluang kerja baru bagi masyarakat setempat.
Acara serah terima pengelolaan program secara mandiri oleh Pemkab Pasuruan tersebut dilangsungkan di pendopo Kabupaten Pasuruan untuk merayakan otonomi pengelolaan sampah di Lekok dan Nguling dengan para pemangku kepentingan di tingkat daerah, pusat, dan internasional.
Diluncurkan pada tahun 2017 oleh Borealis dan Systemiq, Project STOP bekerja sama dengan sejumlah daerah di Indonesia untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sirkular dan efektif.
Didukung oleh sektor industri dan mitra pemerintah, Project STOP bertujuan untuk mencapai nol kebocoran sampah ke lingkungan, mendaur ulang lebih banyak plastik, membangun program yang berkelanjutan secara ekonomi, dan berkontribusi pada ekonomi serta kesehatan masyarakat setempat.
Partisipasi masyarakat merupakan jantung dari program tersebut. Hingga saat ini, Project STOP Pasuruan telah menjangkau lebih dari 132.000 individu melalui layanan pengangkutan sampah, serta melakukan komposting dan daur ulang sampah di dua fasilitas TPS3R.
Tiap TPS3R memiliki kapasitas 25 ton per hari, dengan biaya sistem penuh mencapai 39 dolar AS/ton di Kecamatan Lekok dan 35 dolar AS/ton di Kecamatan Nguling, Pasuruan, menciptakan 120 lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan mengumpulkan lebih dari 5.000 ton sampah, termasuk diantaranya 700 ton plastik.
Baca juga: DLH Rejang Lebong optimalkan pengelolaan sampah organik
Sementara itu, Dirjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Vivien Rosa Ratnawati mengatakan pemerintah Indonesia mengapresiasi kolaborasi multi-pihak, peran, dan kontribusi Project STOP, Nestlé, Systemiq, Pemerintah Daerah, dan pihak lainnya atas peran aktif mereka dalam mendukung pemerintah untuk menciptakan ekonomi sirkular dan menemukan solusi pengelolaan sampah yang menyejahterakan masyarakat.
"Saya berharap inisiatif serupa dapat menginspirasi pihak lain," ucap Vivien.
CEO Borealis, Thomas Gangl mengaku bahwa Project STOP sangat dekat dengan dirinya. "Project STOP sangat dekat di hati kami. Sejak pertama kali didirikan dan diprakarsai bersama mitra kami Systemiq,” kata Thomas.
Ia mengatakan bisa menyerahkan program kemitraan ini dengan pemerintah daerah membuat dirinya sangat gembira.
Setelah Project STOP Muncar, kini Project STOP Pasuruan telah bertumbuh dan mandiri secara ekonomi. "Kami merayakan pencapaian ini bersama dengan semua mitra kami, dan berharap untuk melanjutkan kesuksesan program penting ini," ucapnya.
Direktur Program Project STOP di Systemiq, Mike Webster mengatakan pengelolaan sampah yang layak membutuhkan upaya terus-menerus dan kontribusi signifikan dari semua pihak terkait dan sangat penting dilakukan untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Kami sangat bersyukur atas kerja sama dengan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Pasuruan, para mitra, dan penyandang dana. Sungguh luar biasa dapat menyerahkan sistem pengelolaan sampah yang sudah mapan ini kepada pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga mereka dapat melanjutkan upaya di lapangan," katanya.
Baca juga: Vokasi UI-Plasticpay dan BSI kerja sama pengelolaan sampah
Sementara itu, Nestlé merupakan perusahaan makanan dan minuman pertama yang bergabung dengan Project STOP sebagai mitra strategis dan penyandang dana utama dalam kemitraan di Pasuruan, bersama dengan Siegwerk, salah satu penyedia tinta cetak dan pelapis global terkemuka.
Janathanan Nallasura, Presiden Direktur di Siegwerk, mengaku bahwa dirinya merasa terhormat untuk mendukung Pasuruan.
"Kami percaya kesuksesan ini dapat direplikasi. Pendekatan lintas sektor dalam pengelolaan sampah sangat penting untuk dilakukan dalam memastikan keberlanjutan sistem. Upaya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya komitmen yang kuat dari pemerintah di Indonesia dan Pasuruan, termasuk masyarakat,” ujarnya.
Janathan mengaku tergerak dengan komitmennya dalam mendukung sirkularitas melalui Project STOP dan mengucapkan terima kasih atas dukungan dari semua pemangku kepentingan untuk mengatasi sampah dan menuju sirkular.
“Visi kami adalah tidak ada sampah plastik yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun mencemari lingkungan. Nestlé sangat bangga mendukung Project STOP untuk mencapai kemandirian dan menjaga kemasan bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan kembali serta residu agar tidak mencemari alam," kata Prawitya Soemadijo, Direktur Sustainability Nestlé.
Kolaborasi ini juga mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target 70 persen penanganan sampah dengan benar.
Baca juga: Bappenas apresiasi pengelolaan sampah melalui TOSS di Ende
Baca juga: Program "Kudus Asik" BLDF kelola sampah organik diapresiasi pemerintah
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: