Phnom Penh (ANTARA News) - Tiga puluh tujuh warga Kamboja tewas akibat terserang penyakit malaria dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, turun 42 persen jika dibandingkan 64 kematian dalam periode yang sama tahun lalu.

Laporan yang dirilis Pusat Pengendalian Malaria Nasional, Sabtu, menyebutkan bahwa terjadi 59.104 kasus malaria selama periode tersebut, yang turun 32 persen dari 86.964 kasus malaria dalam kurun waktu yang sama tahun lalu.

Penurunan korban jiwa dan kasus infeksi tersebut berkat kampanye peningkatan kesadaran dan pembagian jaring nyamuk kepada kelompok orang yang rentan terhadap penyakit itu, kata direktur lembaga itu, Dr. Char Meng Chuor.

Meng Chuor mengatakan kasus kematian yang masing tergolong tinggi umumnya disebabkan oleh kecenderungan penderita yang masih menjalani pengobatan pribadi. Selain tidak efektif, metode itu juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk itu semakin parah.

"Mereka baru datang ke rumah sakit ketika sudah parah, yang akan menjadi sangat terlambat untuk disembuhkan," kata Meng Chuor.

Penyakit malaria di Kamboja seringkali menjangkit pada musim hujan. Kasus penularan umumnya terjadi di beberapa provinsi dekat perbatasan, provinsi pegunungan dan wilayah dekat hutan.

Meng Chuor mengatakan negara ASEAN itu telah berkomitmen untuk memberantas kasus kematian akibat malaria pada 2015. Dengan target itu, Kamboja membutuhkan anggaran 131 juta dolar AS.

Selama tahun 2011 saja, malaria menelan 98 korban jiwa di Kamboja, demikian Xinhua melaporkan.

(P012/H-RN)