Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis melemah akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Mata uang Garuda pada Kamis pagi dibuka menurun 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp14.965 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.932 per dolar AS.

"Di tengah pelemahan data-data ekonomi AS, bisa jadi muncul kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global," kata Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Rupiah merosot seiring melemahnya data ekonomi AS

Ia menyebutkan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat negatif pagi ini. Kebanyakan indeks saham Asia pun bergerak melemah.

Sementara itu, dolar AS terlihat menguat terhadap nilai tukar lainnya pagi ini. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS naik 0,13 persen ke level 101,98.

Kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global bisa mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dolar AS.

Kendati demikian, Ariston menilai data survei aktivitas manufaktur dan sektor jasa Tiongkok pada bulan Maret 2023 yang akan dirilis pagi ini bisa menjadi pertimbangan pasar untuk masuk ke aset berisiko, lantaran Tiongkok masih dianggap salah satu motor penggerak ekonomi dunia.

"Kalau hasilnya membaik, ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS," ungkapnya.

Oleh karenanya, dirinya memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak melemah terhadap dolar AS ke kisaran Rp15.000 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke kisaran Rp14.900 per dolar AS.

Pada Rabu (5/4) kurs rupiah ditutup melemah 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp14.932 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.899 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Kamis pagi turun menjadi Rp14.965 per dolar AS