WTO: Pertumbuhan perdagangan global 2023 melambat jadi 1,7 persen
6 April 2023 07:24 WIB
Arsip Foto - Foto udara ini memperlihatkan sebuah kapal kargo yang berangkat dari Pelabuhan Yantai di Yantai, Provinsi Shandong, China timur, Senin (9/1/2023). ANTARA/Xinhua/Tang Ke/am.
Jenewa (ANTARA) - Pertumbuhan perdagangan global pada 2023 akan melambat menjadi 1,7 persen, kata Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam laporan statistik dan prospek perdagangan tahunannya, yang diterbitkan pada Rabu (15/4/2023).
Volume perdagangan barang dagangan dunia telah terbebani oleh dampak konflik di Ukraina, inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan ketidakpastian pasar keuangan, kata laporan itu.
Namun, perkiraan pertumbuhan perdagangan pada 2023 naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,0 persen pada Oktober lalu. Penyesuaian langkah-langkah COVID-19 China adalah "faktor kunci" dalam peningkatan ini, kata laporan itu. Pembukaan kembali China diharapkan dapat meningkatkan perdagangan internasional, kata laporan itu.
Baca juga: Uni Eropa setujui aksi balasan terhadap praktik paksaan ekonomi
Terseret oleh kemerosotan tajam pada kuartal keempat, volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 2,7 persen, "peningkatan yang lebih kecil dari perkiraan".
Menurut ekonom WTO, PDB global dengan nilai tukar pasar akan tumbuh sebesar 2,4 persen pada 2023. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan perdagangan dan PDB pada 2023 berada di bawah rata-rata 12 tahun terakhir, masing-masing sebesar 2,6 persen dan 2,7 persen.
"Dampak COVID-19 yang berkepanjangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik adalah faktor utama yang mempengaruhi perdagangan dan output pada 2022, dan ini kemungkinan juga akan terjadi pada 2023," kata Ralph Ossa, Kepala Ekonom WTO.
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju juga menyebabkan pelemahan dalam sistem perbankan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan yang lebih luas jika dibiarkan, katanya.
"Pemerintah dan regulator perlu mewaspadai hal ini dan risiko keuangan lainnya dalam beberapa bulan mendatang," tambahnya.
“Perdagangan terus menjadi kekuatan untuk ketahanan ekonomi global, tetapi akan tetap berada di bawah tekanan dari faktor eksternal pada tahun 2023. Hal ini membuat semakin penting bagi pemerintah-pemerintah untuk menghindari fragmentasi perdagangan dan menahan diri dari memperkenalkan hambatan perdagangan,” kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala.
Baca juga: WTO: Perdagangan global tetap tangguh di tengah konflik Rusia-Ukraina
"Berinvestasi dalam kerja sama multilateral dalam perdagangan, seperti yang dilakukan anggota WTO pada Konferensi Tingkat Menteri ke-12 Juni lalu, akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan standar hidup masyarakat dalam jangka panjang," tegasnya.
Menurut laporan tersebut, pertumbuhan perdagangan global akan pulih menjadi 3,2 persen pada tahun 2024, karena pertumbuhan PDB global meningkat menjadi 2,6 persen.
Perkiraan tersebut lebih tidak pasti dari biasanya karena adanya risiko penurunan substansial, termasuk ketegangan geopolitik, guncangan pasokan makanan, dan kemungkinan dampak tak terduga dari pengetatan moneter, tambah laporan itu.
Volume perdagangan barang dagangan dunia telah terbebani oleh dampak konflik di Ukraina, inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan ketidakpastian pasar keuangan, kata laporan itu.
Namun, perkiraan pertumbuhan perdagangan pada 2023 naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,0 persen pada Oktober lalu. Penyesuaian langkah-langkah COVID-19 China adalah "faktor kunci" dalam peningkatan ini, kata laporan itu. Pembukaan kembali China diharapkan dapat meningkatkan perdagangan internasional, kata laporan itu.
Baca juga: Uni Eropa setujui aksi balasan terhadap praktik paksaan ekonomi
Terseret oleh kemerosotan tajam pada kuartal keempat, volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 2,7 persen, "peningkatan yang lebih kecil dari perkiraan".
Menurut ekonom WTO, PDB global dengan nilai tukar pasar akan tumbuh sebesar 2,4 persen pada 2023. Sementara itu, proyeksi pertumbuhan perdagangan dan PDB pada 2023 berada di bawah rata-rata 12 tahun terakhir, masing-masing sebesar 2,6 persen dan 2,7 persen.
"Dampak COVID-19 yang berkepanjangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik adalah faktor utama yang mempengaruhi perdagangan dan output pada 2022, dan ini kemungkinan juga akan terjadi pada 2023," kata Ralph Ossa, Kepala Ekonom WTO.
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju juga menyebabkan pelemahan dalam sistem perbankan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan yang lebih luas jika dibiarkan, katanya.
"Pemerintah dan regulator perlu mewaspadai hal ini dan risiko keuangan lainnya dalam beberapa bulan mendatang," tambahnya.
“Perdagangan terus menjadi kekuatan untuk ketahanan ekonomi global, tetapi akan tetap berada di bawah tekanan dari faktor eksternal pada tahun 2023. Hal ini membuat semakin penting bagi pemerintah-pemerintah untuk menghindari fragmentasi perdagangan dan menahan diri dari memperkenalkan hambatan perdagangan,” kata Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala.
Baca juga: WTO: Perdagangan global tetap tangguh di tengah konflik Rusia-Ukraina
"Berinvestasi dalam kerja sama multilateral dalam perdagangan, seperti yang dilakukan anggota WTO pada Konferensi Tingkat Menteri ke-12 Juni lalu, akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan standar hidup masyarakat dalam jangka panjang," tegasnya.
Menurut laporan tersebut, pertumbuhan perdagangan global akan pulih menjadi 3,2 persen pada tahun 2024, karena pertumbuhan PDB global meningkat menjadi 2,6 persen.
Perkiraan tersebut lebih tidak pasti dari biasanya karena adanya risiko penurunan substansial, termasuk ketegangan geopolitik, guncangan pasokan makanan, dan kemungkinan dampak tak terduga dari pengetatan moneter, tambah laporan itu.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: