Kepala Resort Maninjau BKSDA Sumatera Barat Rusdiyan P. Ritonga di Lubukbasung, Rabu, mengatakan pelatihan berlangsung selama tiga hari dari 5 sampai 7 April 2022 bertempat di aula Kantor Wali Nagari Pasia Laweh.
"Pelatihan diikuti oleh 10 orang peserta berasal dari warga setempat yang telah diseleksi dan ditunjuk oleh wali nagari," katanya.
Ia mengatakan selama pelatihan para peserta diberikan pengetahuan meliputi teori dan praktek tentang mitigasi konflik satwa liar, patroli perlindungan, pengamanan hutan, monitoring satwa, navigasi darat dan penggunaan camera trap.
Baca juga: Dua hewan ternak warga Maua Agam diduga dimangsa harimau
Baca juga: Tiga anjing peliharaan warga Palupuh Agam dimangsa harimau
Pada hari ketiga, dilaksanakan simulasi pelaksanaan patroli dan simulasi penanganan konflik antara manusia dan satwa liar.Baca juga: Dua hewan ternak warga Maua Agam diduga dimangsa harimau
Baca juga: Tiga anjing peliharaan warga Palupuh Agam dimangsa harimau
Narasumber dan Instruktur dalam kegiatan pembentukan Tim PAGARI ini berasal dari Balai KSDA Sumbar dan Yayasan SINTAS Indonesia.
BKSDA bersama Yayasan SINTAS Indonesia juga menyerahkan peralatan perorangan dan peralatan tim untuk tim PAGARI guna mendukung kegiatan ke depan.
"Setelah mendapatkan pembekalan, mereka bakal diberikan surat keputusan Tim Pagari Pasia Laweh oleh BKSDA Sumbar dan menjadi mitra dari BKSDA. Ini PAGARI ketiga di Agam, sebelumnya juga dibentuk di Baringin dan Salareh Aia," katanya.
Rusdian berharap dengan adanya pelatihan dan pembentukan ini akan terwujud nagari ramah harimau dan dapat menciptakan kondisi masyarakat yang dapat hidup berdampingan dan berbagi ruang dengan satwa, serta mandiri dalam melakukan penanganan awal konflik harimau Sumatera di wilayah nagarinya.
"Konflik yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian yang luar biasa dari kedua pihak yakni alam harimau sumatera dan manusia," katanya.
Sementara Wali Nagari Pasia Laweh, Zul Arfin menyambut baik dan mengapresiasi BKSDA Sumbar dan SINTAS Indonesia yang telah membentuk PAGARI di Pasia Laweh.
"Pagari ini bentuk swadaya masyarakat yang bergerak tidak saja pada penanganan konflik harimau Sumatera, tetapi juga satwa dilindungi, menjaga kawasaaln hutan dari penebangan dan lainnya," katanya.
Dengan adanya PAGARI maka tim ini bakal melakukan penanganan konflik tersebut, karena Pasia Laweh berada di sekitar hutan dengan luas 7.000 hektare, sehingga berpotensi terjadinya konflik tersebut.
Ia mengakui tim PAGARI tersebut bakal berkembang di setiap jorong di nagari dan bisa sampai ke nagari tetangga.
Tim PAGARI tersebut dijadikan program percontohan dan Pemerintahan Nagari Pasia Laweh siap mendanai di Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APBN) tahun berikutnya, karena ini kebutuhan masyarakat.
"Hampir setiap saat dan waktu ada saja hal-hal yang berkaitan dengan satwa liar. Artinya, kami siap mendukung tidak saja moral, tetapi moril," katanya.*
Baca juga: Hewan peliharaan warga lereng Gunung Singgalang Agam dimangsa harimau
Baca juga: Seekor anjing di Matua Agam kembali dimangsa harimau