Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Kamis sore kembali terdepresiasi lima poin terhadap dolar AS seiring masih kuatnya impor di dalam negeri.

Rupiah bergerak melemah lima poin menjadi 9.605 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya 9.600 per dolar AS.

Head of Global Market HSBC Indonesia, Ali Setiawan, mengatakan konsumsi minyak Indonesia yang masih didukung impor memicu kebutuhan dolar AS meningkat dan menjadi salah satu yang mendorong rupiah menguat.

"Secara umum, impor masih akan lebih besar daripada ekspor sehingga defisit masih akan terus berlanjut di tahun ini," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, BI masih akan menjaga rupiah di pasar valas agar tetap stabil dikarenakan "market financial" merupakan tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pengamat pasar Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, penguatan rupiah belum terealisasi karena kinerja neraca perdagangan yang masih belum membaik meski dalam perkembangannya dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia terlihat terus meningkat, disertai masuknya investasi langsung.

Kendati demikian, lanjut dia, ke depannya diperkirakan ada perbaikan kinerja neraca perdagangan karena memasuki musim belanja akhir tahun di luar negeri menyambut natal dan tahun baru 2013.

"Ada potensi surplus ke depan yang secara kumulatif untuk tahun 2012, namun dengan nilai surplus yang tidak terlalu besar," kata dia.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah 9.613 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai 9.605 per dolar AS.

(KR-ZMF/N002)