Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan penyediaan bahan baku farmasi secara mandiri turut menyokong langkah preventif pemerintah dalam mewujudkan sistem ketahanan kesehatan di Indonesia.

"Salah satu upaya preventif mewujudkan sistem ketahanan kesehatan bisa melalui pembangunan fasilitas-fasilitas deteksi kesehatan seperti laboratorium kesehatan masyarakat, laboratorium PCR, dan laboratorium genome sequence," kata Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan penyebab kematian terbanyak di dunia, termasuk Indonesia dipengaruhi oleh sejumlah penyakit yang masih dianggap tidak begitu penting oleh masyarakat.

"Jika kita lihat dalam sejarah, perang yang paling banyak memakan korban jiwa bukanlah perang dengan sesama manusia, tetapi perang dengan penyakit, khususnya penyakit menular yang disebabkan oleh kelompok makhluk bernama patogen. Bisa berupa virus, bakteri, atau parasit," katanya.

Baca juga: Wamenkes: RUU Kesehatan landasan ketahanan farmalkes

Ia mengatakan masyarakat yang meninggal karena stroke dan kanker jumlahnya lebih banyak dari penyebab kematian lain seperti bencana alam ataupun pasukan yang gugur di medan perang.

Dilansir dari laporan BPJS Kesehatan 2022, penyakit jantung menempati posisi pertama mencapai 15,49 juta kasus, kanker mencapai 3,2 juta kasus, stroke 2,53 juta kasus, gagal ginjal 1,32 juta kasus, dan pneumonia 635 ribu kasus lebih.

Menkes mengatakan Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik menghadapi penyakit dengan melakukan langkah-langkah preventif. Salah satunya dengan mewujudkan transformasi sistem ketahanan kesehatan melalui kemandirian bahan baku farmasi dalam negeri.

Selain itu, menurut Budi, wujud keberhasilan sistem transformasi ketahanan kesehatan juga bergantung pada industri kefarmasian, obat-obatan, vaksin, dan surveilans.

Baca juga: Menkes: Belanja alkes dalam negeri tingkatkan ketahanan sektor farmasi

“Pentingnya untuk memahami peran obat-obatan dan farmasi bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia, karena Indonesia akan sangat bergantung pada industri farmasi apabila di kemudian hari kita menghadapi pandemi lagi," katanya.

Saat ini, Indonesia memiliki teknologi vaksin berbasis virus dan protein, tetapi belum bisa memproduksi vaksin berbasis vektor, RNA/DNA. "Sehingga dalam pemenuhan kebutuhannya masih bergantung pada negara lain," katanya.

Menkes Budi mengatakan pembangunan industri farmasi atau obat-obatan berbasis kimia, darah, maupun bioteknologi saat ini sedang diupayakan untuk memperkuat sistem ketahanan kesehatan di Indonesia.

Baca juga: IPADI: Ketahanan kesehatan kunci penting menyambut bonus demografi

"Kami bertekad untuk membangun pabrik obat-obatan serta kapasitas penelitian dan pengembangannya di Indonesia supaya dapat memenuhi kebutuhan farmasi dalam negeri dan tidak perlu lagi impor," katanya.