Manila (ANTARA) - Pemulihan pesat China mencerahkan prospek ekonomi regional dan global, sebagaimana laporan terbaru dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) yang dirilis pada Selasa (4/4).

Asian Development Outlook (ADO) 2023, publikasi ekonomi tahunan utama ADB, memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) China akan mengalami rebound menjadi 5 persen tahun ini dan 4,5 persen pada 2024.

Laporan tersebut juga memperkirakan PDB negara berkembang Asia akan tumbuh sebesar 4,8 persen tahun ini dan tahun depan.

Disebutkan pula bahwa pertumbuhan kawasan ini tetap tangguh.
ADB memperkirakan laju inflasi akan turun menjadi 4,2 persen tahun ini, kemudian turun menjadi 3,3 persen pada 2024.


"Pembukaan kembali China akan semakin meningkatkan pariwisata regional dan memberikan dorongan bagi perdagangan," kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa.

Sementara itu, ADB memperingatkan "berbagai tantangan" yang mungkin berdampak negatif pada pertumbuhan.

Menurut laporan itu, pengetatan kondisi keuangan global meningkatkan risiko stabilitas keuangan, yang terbukti dengan munculnya kerentanan di sektor perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Ketidakpastian dalam konflik Rusia-Ukraina terus berlanjut; eskalasi dapat mengobarkan kembali tekanan inflasi dan mempertajam tantangan ketahanan pangan, tambah laporan itu.
ADB juga memproyeksikan inflasi akan moderat, secara bertahap mendekati tingkat prapandemi di kawasan tersebut. ADB memperkirakan laju inflasi akan turun menjadi 4,2 persen tahun ini, kemudian turun menjadi 3,3 persen pada 2024


Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan Asia Selatan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan kawasan-kawasan lain.

Park menambahkan bahwa pertumbuhan di Asia Timur dan Asia Tenggara diuntungkan oleh meningkatnya permintaan domestik, dan pertumbuhan di Pasifik meningkat berkat kembalinya wisatawan.

Park memperingatkan bahwa berbagai tantangan yang bermunculan dengan cepat masih dapat menghambat pemulihan kawasan ini.

"Pemerintah harus terus mendukung multilateralisme dan menahan risiko perpecahan global. Dan Asia harus melanjutkan kerja sama regional yang kuat untuk menghadapi lingkungan yang tidak pasti ini," ungkapnya.